37. Hanya Waktu

11K 1.2K 44
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
.

🚗🚗🚗


Pagi ini Ara dan Raina akan pergi berbelanja perlengkapan bayi. Ara tak akan belanja banyak karena pakaian bayi milik Baim masih layak pakai untuk adik-adiknya, jadi ia hanya akan menambahkan apa yang kurang saja karena calon bayi mereka tidak hanya satu.

"tuh anak pasti sibuk terus. Padahal buat beli keperluan anak-anaknya lho. Masih aja gak bisa luangin waktu buat anak istrinya." Raina menggerutu saat Ara bilang jika Rayhan pergi bekerja.

"yuk kak."

Selama perjalanan, Raina lebih banyak bertanya perihal masa lalu Ara. Ara sendiri tidak masalah jika sang kakak ipar ingin tahu tentang pernikahan pertamanya. Raina cukup terenyuh mendengarkan cerita dari adik iparnya.

Betapa berat cobaan yang di hadapi Ara. Mungkin jika dirinya yang berada di posisi Ara ia tak akan sanggup.

"aku lebih baik melihat orang yang aku sayangi bahagia dengan orang lain di banding pergi untuk selamanya kak. Karena itu rasanya sangat sakit."

Ara bisa berkata seperti itu karena pikirannya masih kacau dengan kejadian semalam. Dimana sang suami diam-diam menutupi sesuatu darinya. Perkataan Ara mengakhiri perjalanan mereka karena taxi yang mereka tumpangi sudah berada di depan mall yang akan mereka kunjungi.

Disini lah mereka berada di toko perlengkapan bayi. Terlihat Raina lah yang lebih excited berbelanja. Ara baru memenuhi setengah keranjang yang ia bawa, sedangkan sang kakak ipar sudah membawa dua keranjang penuh baju dan perlengkapan bayi.

Ara sempat menegur karena itu terlalu berlebihan namun sang kakak ipar menjawab.

"untuk calon adik si kembar nanti."

Ara hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sang kakak ipar. Si kembar saja belum lahir sudah memikirkan perlengkapan adiknya si kembar. Ada-ada saja.

Bagaimana tidak excited, Raina sangat bahagia terlebih ini keponakan pertama nya. Sebenarnya Raina iri melihat adiknya yang akan memiliki bayi kembar. Karena dokter telah memvonisnya tidak bisa punya anak lagi karena penyakit miom yang di deritanya. Padahal Inara sudah sangat menginginkan adik dari perut ibunya tapi mungkin takdir belum berpihak padanya. Raina pun masih menjalani pengobatan semoga saja membuahkan hasil baik karena setelah di nyatakan sembuh nanti Raina akan menjalani program bayi tabung sebelum usianya memasuki masa menopause.

Jam makan siang pun sudah berdenting. Perut Raina maupun Ara sudah berdemo meminta untuk di isi. Belum lagi si kembar yang sangat aktif di perut Ara, sepertinya mereka juga berdemo agar sang ibu segera memberi nya makan.

Raina menyisir pandangan kearah cafe maupun food court yang nampak ramai. Ara pun ikut melihat stand makanan dan betapa terkejut nya Ara saat ia melihat sosok lelaki yang mirip dengan suaminya. Bukan mirip, tapi itu memang benar suaminya. Insting seorang istri sangat kuat meski wajah Rayhan tertutupi masker. Ara hafal dengan perawakan suaminya terlebih dengan kemeja yang ia siapkan tadi pagi untuk suaminya.

Rayhan dengan seorang wanita yang memakai hijab berwarna pastel.

Hati istri mana yang tak sakit melihat suami nya yang pagi tadi pamit untuk berangkat kerja namun nyatanya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami tengah berjalan berdampingan dengan seorang wanita yang Ara sendiri belum tahu siapa sebenarnya wanita yang bersama suaminya siang ini.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang