24. Takdir Hidupku

16.8K 1.6K 14
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.

🚗🚗🚗


Setelah perdebatan yang cukup alot antara Rayhan dan Ara. Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan resepsi dengan syarat yang di ajukan Ara. Ara hanya ingin resepsi pernikahan yang sederhana karena memang ia tak mau bermewah mewahan. Selama Ara dan Rayhan mempersiapkan segala keperluan untuk resepsi Mira mengambil alih Baim. Baim pun tak mempermasalahkannya karena ia sudah lama tak tinggal bersama Nena dan Pepa nya mengingat Mira dan Tama belakangan ini sibuk mengurusi usaha miliknya dan peninggalan putra nya.

Waktu satu bulan untuk mempersiapkan acara pernikahan bukanlah waktu yang lama. Di tambah permintaan Rayhan yang menurut Ara terlalu mempersulit membuatnya terkadang beradu argumen. Seperti konsep pernikahan yang di inginkan Ara dan Rayhan yang berbeda dan masalah lainnya.

"Ra, lo kok gemukan sih. Ini baju nya mulai kecil lho. Mana tiga hari lagi acara nya." ucap Gea yang mengukur kembali baju resepsi yang akan Ara pakai.

"maaf. Aku stres banget belakangan ini jadi lampiasinnya ke makanan."

"bukan lo banget."

Baik Gea maupun sahabatnya yang lain tentu tau kebiasaan salah satu sahabat nya ini. Karena biasa nya jika Ara banyak masalah jangankan menyentuh makanan ingat waktu untuk makan saja sudah alhamdulillah.

"coba kamu ubah pola makannya, dek. Sebentar lagi acara nya kalau gaunnya gak muat 'kan gak lucu. Mana sempat buat rombaknya lagi." Raina memberi saran untuk adik iparnya.

Bagaimana tidak stres jika Ara jauh dari Baim karena sudah seminggu ini Baim tinggal bersama Mira dan Tama. Dirinya merasa kehilangan karena tak ada yang meramaikan rumahnya kala Rayhan pulang larut.

"iya kak. Nanti aku coba berhenti ngemil malam."

Di sisi lain Rayhan tengah beristirahat, ia berkumpul bersama para dokter di kantin rumah sakit. Hari ini Rayhan akan mengundang teman-teman sejawat nya termasuk adik koas nya. Sejak kejadian di panti asuhan Rayhan sangat posesif pada Ara bahkan untuk ke kedai pun Ara hanya di bolehkan sampai jam sebelas siang padahal jam makan siang kedai nya sangat ramai. Rayhan hanya tidak ingin istrinya kecapekan dan yang paling utama ia tidak ingin Ara bertemu dengan lelaki yang tempo hari berada di panti asuhan.

"apaan nih?" tanya Bram dokter Bedah

"ck, percuma gelar aja dr. sp. B. Tapi gak bisa baca tulisan ini." celetuk Rayhan

Bram melemar kotak tisu, "ehh, kamvret. Maksud gue ini apaan. Nyebar undangan mendadak banget. Lo gak ngebuntingin anak orang kan?" tanya Bram

"kalo ngomong gak di filter dulu lo. Mana mungkin si Rayhan buntingin anak orang yang ada dia di pecat secara tidak hormat sama prof Akbar." timpal Sena

"wait wait wait!!" jerit Dimas, "akad nikah telah dilaksanakan?!" tanya Dimas yang sudah membaca undangannya

"waahh gila lo udah merit gak bilang-bilang." timpal Sena

Obrolan mereka berempat tak luput dari pendengaran adik koas mereka. Salah satu adik koas mereka mendesah kecewa karena dokter yang selama ini ia kagumi ternyata sudah punya istri.

"jangan lupa bawa pasangan ya." Rayhan berucap lagi, "terutama lo, Bram. Sekolah duluan lo masa kalah sama gue adik kelas lo." ucapnya angkuh

Bram mendengus kesal, "ck, sombong banget lu. Ntar gue bawa."

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang