بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.🚗🚗🚗
Rayhan pov
Menjadi seorang dokter adalah cita-citaku sedari kecil karena aku mengagumi profesi ayah ku yang juga seorang dokter. Setelah mendapat gelar dokter aku melanjutkan PPDS anak. Kenapa mengambil spesialis anak? Karena aku suka anak kecil. Aku mau membuktikan pada pasienku bahwa dokter itu tidak menakutkan. Terbukti selama aku menjadi dokter spesialis anak banyak anak kecil terutama ibu mereka yang senang anaknya di tangani oleh ku. Kata mereka aku itu sosok ayahable. Tak jarang ibu-ibu sering menjodohkan ku dengan keluarga mereka.
Usiaku memang sudah menginjak kepala tiga. Usia yang cukup matang untuk berumah tangga. Namun jika berbicara tentang pernikahan membuatku sedikit trauma untuk menjalin suatu hubungan dengan perempuan. Tapi bukan berarti aku tidak normal ya. Aku normal namun hatiku yang belum bisa menormalkan rasa sakit yang mendalam akibat gagalnya pernikahanku dulu.
Empat tahun lalu aku pernah hampir menikah dengan seorang gadis yang sangat aku cintai. Namun rasa cinta itu berubah menjadi benci karena keegoisannya yang berujung aku kehilangan separuh nyawa ku. Kepergian bidadari surga ku akibat keegoisannya yang pergi tepat di hari pernikahan kami.
Lama aku terpuruk atas perginya bidadari surgaku. Tepat di empat tahun kepergian malaikat hidupku aku merasa tertampar oleh keadaan seorang anak kecil yang aku taksir seumuran dengan Inara keponakanku.
Kami bertemu saat aku berziarah, ia terlihat sedang menggendong sebuah kucing kecil. Ia terlihat sangat sayang dengan kucing itu hingga pelipisnya memar karena terjatuh saat mengejar kucing yang ada di gendongannya saat itu. Aku merasa tertampar saat ia bertanya tentang letak surga padaku. Saat itu pula aku tau jika dia tak pernah bertemu dengan ayahnya. Aku beruntung pernah merasakan kasih sayang kedua orangtuaku hingga aku besar. Sedangkan dia, masih sangat kecil untuk merasakan beratnya kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya.
Kami berkenalan dan akhirnya aku tau namanya. Baim. Nama yang sangat indah yang di berikan oleh kedua orangtua nya sesuai dengan parasnya yang tampan. Aku terkadang menyalahkan takdir atas kepergian malaikat hidupku tapi Baim tak pernah mengeluh meski belum pernah bertemu dengan sang ayah. Satu yang ia inginkan, bertemu ayahnya di surga. Aku iri anak sekecil Baim mempunyai jiwa yang sangat besar seperti itu.
Beberapa bulan kemudian aku bertemu kembali dengannya di sekolah Inara, ternyata dia teman sekelas Inara. Aku sangat senang bertemu dengannya lagi karena memang itu yang aku harapkan setelah pertemuan pertama kami. Aku mengantarkannya ke restoran milik ibu nya. Kedai Baim, namanya. Tempat yang cukup asri untuk ukuran restoran kecil. Dan cukup mengejutkan karena di restoran itu ada pet zone khusus untuk kucing peliharaan.
Aku dan Inara di suguhkan makanan katanya sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengantarkan Baim. Diam-diam Baim memperhatikan ibunya yang sedang sibuk melayani kami. Entah inisiatif dari mana Baim menyuruh ibunya makan bersamanya. Perlakuan Baim terhadap ibunya membuat hatiku terenyuh. Anak seusia Baim yang seharusnya mendapatkan kasih sayang lebih dari kedua orangtuanya ia malah rela memberikan perhatian pada ibunya. Saat kami memutuskan untuk bermain di area pet zone. Tiba-tiba Baim membuat permintaan aneh menurutku. Ya, dia meminta ku untuk menjadi papa nya.
Satu jam aku dan Inara berada di kedai Baim. Saat perjalanan pulang Inara menceritakan kesehariannya bersama Baim. Dari keseluruhan cerita Inara aku dapat menyimpulkan jika selain mandiri Baim juga anak yang cerdas. Aku semakin kagum dengan Baim. Sosok anak kecil yang membuatku bangkit dari rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...