بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.🚗🚗🚗
Segala manis pahitnya rumah tangga sudah Rayhan dan Ara rasakan selama sembilan bulan pernikahan. Setelah 'tragedi' itu terjadi perlakuan Ara pada Rayhan pun kini sudah tak sedingin seperti awal menikah. Tentang kesehatan Baim, dia masih melakukan radioterapi. Meski tubuhnya tak sekuat dulu karena harus bergantung pada kursi rodanya. Ya, dua bulan setelah Rayhan dan Ara menikah. Baim mengalami masalah pada sistem motorik nya yang di sebabkan oleh radiasi yang Baim lakukan. Tapi Rayhan terus menguatkan Ara."papa, nanti habis ketemu kakek, Baim mau jalan-jalan, boleh?" tanya Baim. Hari ini Baim check-up rutin setelah minggu kemarin menjalani radioterapi.
"boleh. Hari ini papa libur." jelasnya, "Baim mau kemana?"
"hmmm," Baim tampak berfikir, "ke kebun binatang!" ucapnya penuh semangat. Keinginan Baim saat ia mempunyai seorang ayah satu persatu terwujud. Lihatlah betapa antusiasnya Baim saat ini.
"tapi nanti jangan capek-capek ya, Nak." ucap Ara memperingati.
"siap bunda cantik! Lagian kan Baim punya ini." Baim menepuk kursi roda yang ia pakai. "kursi ajaib. Jadi Baim gak akan capek. Ya kan, Pa?"
"iya sayang."
Sesakit apapun Baim jika Rayhan yang menemaninya dia akan menahan rasa sakit itu bahkan Baim pernah berkata Baim kan superhero nya bunda jadi Baim gak boleh cengeng, cukup bunda aja yang cengeng. Dasar Baim. Ada-ada saja.
Kini mereka telah sampai di ruangan Akbar. Rayhan mendorong kursi roda Baim mendekati meja Akbar. Baim mencium tangan Akbar dengan takdzim.
"hai jagoan. Gimana kabarnya. Masih sering berdarah hidungnya?" tanya Akbar
Baim menggeleng, "enggak kakek. Tapi Baim masih suka pusing."
"alhamdulillah kalau gak mimisan lagi. Yuk baring dulu di sana."
Rayhan membaringkan tubuh Baim di brankar kemudian Akbar memeriksa tubuh Baim. Di saat seperti ini lah Ara merasa khawatir akan perkembangan pengobatan yang Baim jalani. Ara takut akan seperti pengobatan sebelumnya yang gagal. Rayhan yang tahu sang istri cemas ia menggenggam tangannya menguatkan sang istri.
"insya Allah Baim baik-baik saja." Rayhan mengusap pundak Ara yang berada di dekapannya.
Sejak kecelakaan Rayhan memang Ara tidak lagi membatasi kontak fisik dengan Rayhan kecuali satu hal. Tiga puluh menit berlalu Rayhan membantu Baim untuk duduk lagi di kursi roda nya.
"jadi gimana keadaan Baim, dok?" tanya Ara khawatir. Rayhan mengeratkan genggaman tangannya pada Ara.
"panggil ayah aja, Ra." Akbar memperingati
"gak enak dok, ini masih lingkungan rumah sakit."
Akbar menghela nafas. Menantu nya ini benar-benar ingin menjaga reputasi nya sebagai dokter. Padahal di ruangan ini tidak ada orang lain. Lagipula Akbar malah senang jika semua pegawai rumah sakit tahu kalau Ara adalah menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...