بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.🚗🚗🚗
Tahun ajaran baru pun sudah tiba kini Baim kembali menginjakan kaki nya di sekolah. Meski bukan sekolah yang lama karena Baim sudah memasuki jenjang taman kanak-kanak bukan lagi PAUD tapi antusiasme Baim terlihat jelas di wajah cerahnya. Usia kandungan Ara pun sudah menginjak empat bulan. Ia kini fokus untuk menjaga dan merawat Baim dan Rayhan. Kedai ia serahkan kembali pada Pipit. Ara sengaja menyekolahkan Pipit ke jenjang perkuliahan karena ia sudah menganggap Pipit seperti adiknya sendiri. Ia juga mempercayakan kedainya pada Pipit.
"nanti ingat kata-kata Bunda ya." ucap Rayhan yang mengantarkan Baim dan Ara ke sekolah. Ia berjanji untuk mengantar jemput putranya selain karena khawatir akan kondisi sang putra Rayhan juga khawatir dengan kondisi istrinya yang tengah mengandung.
"iya Papa."
Rayhan mengusap perut Ara yang sudah membesar seperti ibu hamil usia tujuh bulan padahal istrinya baru menginjak bulan keempat kandungannya, "adik-adik jangan nakal di perut bunda ya. Jaga bunda sama-sama dengan kak Baim." ucapnya diakhiri kecupan di perut istrinya.
Rayhan meninggalkan sekolah setelah melihat punggung istri dan anaknya menghilang di balik pagar sekolah. Ia berharap anak dan istrinya baik-baik saja.
Baim dengan ceria memasuki ruang kelasnya. Meski ia tak satu sekolah dengan Inara karena Inara memilih untuk bersekolah di dekat butik mama nya dan Rayhan mendaftarkan Baim di sekolah dekat rumahnya. Ara menunggu di ruang tunggu sekolahan yang menyediakan tempat khusus untuk wali murid yang mengantar anaknya. Banyak yang bertanya tentang kandungan Ara tak sedikit dari mereka mendoakan Ara dan anak yang ada dalam kandungan nya.
"assalamualaikum anak-anak."
"wa'alaikumussalam bu guru." sahut anak-anak
"apa kabar hari ini?"
"alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar!!"
"alhamdulillah, semangat sekali hari ini. Oh ya, ada yang sudah tahu siapa nama ibu guru?" tanya bu guru namun tak mendapat jawaban.
"oke, perkenalkan nama ibu, Wardah. Boleh di panggil bu Wawa."
"hallo bu Wawa." ucap anak-anak serentak.
"di sini sudah ada yang bisa baca surat-surat pendek boleh tunjuk tangan yaa."
Baim dengan semangat menunjuk tangannya.
"anak sholeh yang sebelah sana boleh maju ke depan ya. Bimbing teman-teman nya untuk baca surat al-fatihah dan doa belajar untuk memulai belajar." ujar bu Wawa
Baim mulai membimbing teman-teman nya mengucapkan doa.
"alhamdulillah. Doa nya sudah selesai sekarang ibu mau dengar dong tepuk semangat dari anak-anak ibu."
"tepuk semangat?!"
"hey hey"
"hey hey"
"yeeee..."
Ruang kelas riuh dengan tepukan semangat dari para siswa baru. Wardah mulai mengabsen para muridnya untuk mengenal satu persatu mereka.
Bel sekolah pun berbunyi pertanda jam belajar sudah habis. Rayhan sudah menunggu di depan gerbang ia berdiri di samping mobilnya untuk menyambut putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...