44. Kesempatan Kedua

17.6K 1.4K 17
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
.

🚗🚗🚗


Usia kandungan Ara kini memasuki minggu ke-38. Jika perkiraan dokter tidak meleset, dua minggu lagi Ara akan menimang bayi kembarnya. Namun hubungan Ara dan Rayhan belum menunjukkan perubahan. Hanya saja Rayhan yang dengan sabar selalu menanyakan kabar Ara dan Baim serta calon bayi mereka.

Setelah membuat appointment dengan dokter Arini. Kini Ara memasuki ruangan dokter Arini. Setelah hampir setengah jam berkonsultasi, Ara melangkahkan kakinya untuk menebus vitamin yang sudah di resepkan oleh dokter Arini. Namun saat menunggu nomor antriannya di panggil pandangan Ara menangkap sosok kakak iparnya di rumah sakit ini.

"assalamualaikum kak."

Raina yang tengah ikut mengantri di depan apotek juga menoleh, "wa'alaikumussalam dek. Ya Allah kakak kangen banget sama kamu." Raina memeluk Ara.

"kamu apa kabar dek? Baim dan Si kembar baik-baik aja 'kan?" tanya Raina setelah melerai pelukannya.

"alhamdulillah kak mereka baik-baik aja. Kakak sendiri ada apa kok tumben di rumah sakit? Siapa yang sakit kak?"

"tuh suami kamu yang bodoh itu. Dua hari ini di rawat di sini karena demam."

Setelah kejadian dimana Baim sakit, Rayhan pulang ke rumah kakak nya dan menceritakan semua kejadian di rumah sakit. Raina sendiri sangat prihatin dengan adiknya.

Deg

Apa ini sebabnya Rayhan tak menghubunginya lagi. Ara jadi merasa bersalah karena terlalu egois mementingkan perasaan nya sendiri. Padahal Rayhan juga sama tersiksa nya.

"kakak boleh minta tolong gak, titip obat ini ya.  Dia di ruang Lavender nomor 153. Kakak mau ambil baju ganti buat Rayhan."

Belum sempat Ara menyetujui permintaan kakak iparnya itu, Raina sudah meninggalkannya. Mau tidak mau Ara harus memberikan obat itu pada Rayhan.

Ara menghela nafas pelan, mungkin ini saat nya ia memberikan Rayhan kesempatan kedua. Dan semoga saja Rayhan tak menyia-nyiakan nya lagi.

Setelah obat nya ditebus Ara berjalan menelusuri lorong rumah sakit dan mencari ruangan dimana Rayhan di rawat inap. Kaki Ara berhenti di depan ruangan yang di maksud. Dengan menarik nafas pelan Ara menarik knop pintu di depannya.

Sungguh pemandangan yang mengiris hati. Cukup sudah Ara menahan semua ini. Ara harus segera mengakhirinya.

Dengan langkah pelan Ara mendekati Rayhan yang tengah tertidur di atas brankar. Di tatapnya wajah sang suami yang terlihat pucat. Pipi nya yang tirus dengan jambang yang tak terurus sudah menandakan kalau Rayhan juga sama tersiksa nya dengan hubungan yang seperti ini.

"maaf." ucapnya lirih

Ara jadi teringat kala ia baru mengetahui Fahri sakit. Itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Kali ini Ara tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Ara mengelus pipi tirus sang suami. Seminggu mereka berjauhan efeknya sebesar ini.

Merasa terganggu, perlahan Rayhan membuka matanya. Di lihatnya Ara yang tengah berdiri di samping brankar.

"gue mimpi kali ya." gumamnya seraya memejamkan mata lagi

Ara yang melihat suaminya seperti itu pun tersenyum. Ara membelai pipi Rayhan. Lagi-lagi Rayhan melenguh dan membuka matanya.

Di sisa airmatanya, Ara tersenyum.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang