15. Titik Terendah

15.4K 1.6K 6
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.

🚗🚗🚗

"bunda."

Ara membuka pintu yang di ketuk oleh Baim. Betapa terkejutnya Ara mendapati Baim yang sedang menadahkan tangan di bawah wajahnya demi menghalau tetesan darah yang berasal dari hidungnya.

"astagfirullah, nak."

Ara langsung membawa Baim kedalam kamarnya ia mengambil tisu untuk membersihkan darah yang ada di tangannya. Marwah yang terkaget dengan suara Ara pun keluar kamar lalu menghampiri anak dan cucu nya. Marwah kaget bukan main melihat hidung Baim bercucuran darah. Marwah mengambil air dingin untuk mengompres pangkal hidung Baim guna menghentikan pendarahan.

Ara menundukan posisi Baim agar darah yang mengalir tak masuk ke tenggorokan Baim. Lalu ia menekan pangkal hidung Baim dengan lap yang sudah di basahi oleh air dingin. Lima menit berlalu pendarahan masih terjadi membuat tubuh Baim lemas.

"Ummi, Ara harus bawa Baim ke rumah sakit." putus Ara sambil mengambil tas dan memakai jilbab nya

Sejak kemoterapi bulan ke lima yang di jalani Baim memang bukan sekali dua kali Baim mengalami mimisan, tapi tak separah kali ini.

"Ummi ikut ya."

Ara menggendong Baim setelah menelepon mang Ujang.

"Ummi di rumah aja ya, Ummi juga lagi gak enak badan. Doain Baim ya semoga gak ada yang serius kali ini." Ara mecium tangan Marwah dan mengucapkan salam

Ara membawa Baim menuju rumah sakit. Ia benar-benar panik, melihat bibir Baim yang sedikit membiru di tambah nafas Baim yang mulai tak beratur.

"nak, jangan tutup mata ya. Baim anak kuat." air mata Ara sudah mengalir deras.

Baim mengangguk tapi tak lama kemudian mata Baim terpejam. Ara kalut ia benar-benar takut.

"mang cepat sedikit mang." pinta Ara

"iya non."

🚗🚗🚗


Seorang perempuan membawa sebuah paperbag melangkahkan kaki kearah ruangan Rayhan. Ia mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Ia melangkahkan masuk kedalam terlihat Rayhan sedang berkutat dengan laptop nya.

"ekheemm."

Rayhan tersentak kaget melirik seseorang di depan pintu ruangannya. "ck, bisa gak sih masuk keruangan orang tuh ucapin salam." sindir Rayhan, "kebiasaan!"

Perempuan itu tersenyum memperlihatkan jajaran gigi nya, "sorry, Assalamualaikum."

"hmm, wa'alaikumussalam." jawab Rayhan "udah kenyang liburan lo."

Perempuan itu dudu di sofa ruangan Rayhan. "sebenarnya sih kurang tapi berhubung punya sepupu bawelnya gak ketulungan terpaksa gue balik."

Rayhan memutar bola mata malas, "dikasih hati minta jantung." gumamnya. Rayhan berjalan menghampiri perempuan itu.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang