31. Berpisah

15.5K 1.3K 6
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.

🚗🚗🚗


Hari ini jadwal Ara check-up kandungan dan jadwal fisioterapi Baim. Baim, bocah itu sangat antusias karena sebelum dia menjalani terapi ia akan melihat perkembangan adik kembarnya.

Terapi kali ini di temani juga oleh Mira. Sejak Rayhan menyampaikan ucapan Mira, pagi-pagi sekali Ara langsung menghubungi Mira. Sebagai nenek, Mira tentu sangat senang bisa membawa cucu nya ke kampung halamannya. Mira juga senang, kali ini ia bisa menemani Ara untuk mengecek kandungannya.

Meski bukan cucu kandung tapi Mira sangat antusias, ia sudah menganggap Ara maupun Rayhan seperti anak kandungnya sendiri begitupun Tama yang menganggap mereka adalah bagian dari keluarga nya.

"selamat siang bu Citra dan keluarga." sapa dokter Arini, "waahh, pemeriksaan kali ini di temani Baim dan ibu ya."

Rayhan maupun Mira tersenyum mendengar ucapan dokter Arini.

"kak Baim sudah siap mau lihat adek bayi?"

"siap dong, bu dokter." jawab Baim dengan semangat

Ara berbaring di bed pemeriksaan, tentu di temani Rayhan, Mira dan Baim. Malu sebenarnya tapi melihat binar bahagia di mata ibu mertuanya menepiskan rasa malu yang hinggap di dadanya. Jangankan dengan Mira, dengan Rayhan yang suaminya saja Ara merasa malu jika memperlihatkan bagian tubuh yang biasa nya ia tutupi.

"assalamualaikum adek. Adek di jenguk sama Nenek dan Kakak nih." dokter Arini mengarahkan alat ultrasinografi nya untuk memperlihatkan wajah bayi kembar mereka.

"lingkar kepalanya bagus, ketubannya juga cukup. Berat badan bayi nya normal, ini tali pusar nya juga normal. Detak jantungnya juga normal ya, bu. Alhamdulillah." jelas dokter Arini sambil memainkan alat USG nya di atas perut Ara, "sekarang kita lihat wajah adek ya. Lebih mirip ke Papa atau Bunda, nih. Atau mirip kakak? Kita lihat yaa."

"wah adek yang ini tutupin wajahnya nih, kayaknya adek malu ya di lihat sama kak Baim." jelas dokter Arini yang memperlihatkan wajah salah satu bayi kembar Ara yang tengah di tutupi tangannya sendiri.

Tak ada suara dari mereka berempat, semua speechless melihat makhluk ciptaan Allah yang  bersemayam di rahim Ara. Mira sampai menitikan air mata, ia merasa bersyukur saat ini Ara maupun Baim jatuh di tangan orang yang tepat.

"mau di lihat jenis kelaminnya, bu?" tanya dokter Arini

Ara dan Rayhan saling menatap, "boleh dok." jawab Rayhan yang terlihat penasaran dengan bayi mereka.

"kalau dilihat, ini kehamilan kembar identik ya, pak. Di sini dapat dilihat adanya satu plasenta dan satu kantung ketuban saja." ujar dokter Arini sambil terus mengarahkan alatnya supaya bisa melihat jenis kelamin bayi mereka, "wahh seperti kakak akan ada temannya nih. Ini ada pedang nya ya." dokter Arini menjelaskan jenis kelamin sang bayi.

"adek di dalam perut punya mainan, ya?" tanya Baim yang polos membuat semua terkekeh mendengar nya.

"bukan itu maksudnya, kak. Adek jenis kelaminnya laki-laki sama kayak kakak." Mira membantu menjelaskan.

Dua puluh menit berlalu, pemeriksaan Ara pun telah usai. Mira pamit untuk mengantarkan Baim terapi. Kini tinggal tersisa pasangan suami istri dan dokter Arini.

"apa ada keluhan, bu?"

"gak ada, dok. Alhamdulillah."

"lho, semalam kamu bilang takut kalau kita hub---awwww. Sakit sayang!" ucapan Rayhan terpotong dengan cubitan panas di pinggangnya.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang