17. Support System

16.9K 1.7K 10
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.

🚗🚗🚗

Setelah menjalani pemeriksaan, Ara di diagnosis mengalami tifus dan gastritis yang membuat ia harus di opname sampai kondisi nya stabil. Baim yang melihat bundanya sakit pun terlihat murung hingga ia tak mau di pisahkan dengan Ara. Alhasil Ara di tempatkan satu kamar dengan Baim dengan begitu Rayhan lebih mudah untuk mengecek keduanya.

"makan lagi ya, aaaa---." Bella kembali menyuapi Ara.

Selama Ara sakit Rayhan meminta Bella untuk merawat Ara sedangkan ia sibuk mengurusi Baim yang menjalani radioterapi. Beruntungnya sang putra mengerti keadaan bundanya ia tak mau mengganggu sang bunda ketika Ara istirahat. Dengan senang hati Bella merawat Ara. Sudah seminggu Ara di rawat kondisinya sudah mulai stabil demam yang ia alami juga sudah mulai turun.

"udah, Bell. Aku mual."

Bella menghela nafas pelan, dari sejak kuliah ia mengenal betul tabiat buruk sahabatnya satu ini.

"bentar lagi anak-anak pasti dat---"

Braaakkk

"ya ampun Ra. Kok bisa sampai drop gini sih?" tanya Gea yang baru memasuki kamar rawat Ara dan langsung memeluk Ara

"kalau masuk kamar orang ngucap salam dulu kali." sindir Bella yang melihat sahabatnya yang kelewat bar-bar tapi tak di hiraukan.

Ara menepuk punggung Gea yang memeluknya terlalu erat. "Ge, aku sesak."

"ehh, astagfirullah maaf maaf gue terlalu khawatir sama lo." Gea melirik kearah Bella,
"lo tuh ya, Ara sakit gue baru di kasih tau. Sahabat macam apa lo." Gea mencubit pelan lengan Bella.

"awww sakit, Ge." Bella mengusap lengannya yang terasa panas akibat cubitan Gea. "gimana gue mau ngabarin kalau lo susah di hubungi."

Saat Marwah meninggal memang Gea sedang berada di luar negeri untuk menemani suaminya bertemu klien di sana.

"ehh ngomong-ngomong si Jihan gak ikut?" tanya Bella yang baru menyadari kalau Gea datang sendiri.

"gue tinggal di belakang. Gemes gue lihat jalannya lama banget. Gak tau apa gue khawatir banget sama nih anak." Gea menunjuk Ara dengan dagu nya.

"assalamualaikum."

"wa'alaikumussalam."

"lama banget lo jalannya." tegur Gea pada Jihan yang baru masuk

"lah yang tadi nitipin ini siapa?" tunjuknya mengangkat parcel buah dan dua papebag, "dikira gak berat kali." Jihan mendengus kesal

Gea hanya menyengir kuda, "udah udah jadi pada berantem sih." tegur Bella

Jihan memeluk Ara setelah ia meletakan barang bawaannya. "yang sabar ya, Ra. Kehilangan seseorang yang kita sayang memang menyakitkan tapi kalau kita gak ikhlas akan lebih sakit lagi." Jihan mengusap punggung Ara yang bergetar. "ada kita disini. Kamu gak sendiri."

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang