40. Keputusan yang Salah

13.3K 1.3K 18
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
.

🚗🚗🚗


Kondisi Wardah sudah membaik. Ia hanya di rawat selama dua hari. Dan selama Wardah di rawat Rayhan tak pernah pulang. Tak tahu kah Rayhan jika sang istri khawatir dengan nya.

Meski perlakuan Rayhan kemarin sangat membekas di hati. Namun yang namanya istri sesakit apapun hatinya tetap rasa khawatir akan hadir kala sang suami tak memberikan kabar.

Pintu rumah mulai terbuka menampilkan Wardah yang di ikuti Rayhan di belakangnya dengan menenteng tas Wardah.

Rasa khawatir yang sudah dua hari menggerogoti hati nya perlahan mulai memudar kala melihat lelaki yang sangat mencintainya dan anaknya itu kini ada di hadapannya dengan keadaan sehat walafiat.

Tanpa menghiraukan keberadaan Ara, Rayhan mengantarkan Wardah menuju kamarnya.

Melihat itu Ara menyiapkan teh hangat untuk suaminya. Mungkin suaminya ini sangat lelah mengurusi 'mantan' nya itu.

Cemburu. Pasti. Istri mana yang rela melihat suaminya lebih mementingkan orang lain dibandingkan dengan istrinya yang tengah mengandung buah hatinya. Namun rasa itu Ara tepis saat dirinya kembali mengingat jasa Wardah yang sudah menyelamatkan sang suami.

Belum Ara memberikan teh hangat untuk sang suami, lagi, Rayhan membuat luka di hati Ara semakin mendalam atas perlakuannya. Perlahan tanpa di suruh air mata Ara menetes.

Rayhan pergi dari rumah tanpa pamit dengannya.

Rayhan tak punya arah tujuan yang jelas. Rasa yang mengganjal di hatinya belum juga teratasi. Harusnya ia tak lari dari masalah seperti seorang pecundang. Harusnya ia tanyakan baik-baik apa yang membuat dirinya penasaran bukan malah bersikap seperti ini.

Rayhan mengacak rambutnya frustasi. Cemburu buta membuatnya merasa bersalah. Apalagi kala mengingat wajah takut sang istri saat dirinya berkata kasar kemarin.

🚗🚗🚗

Sore ini Baim mengajak Wardah ke taman belakang rumahnya. Sedangkan Ara ia masih menyibukkan diri di dapur melampiaskan rasa sakit di hatinya dengan hal yang bermanfaat. Baim sudah kembali dari rumah sang nenek setelah dua hari menginap.

Taman ini di desain oleh Ara untuk tempat bermain anak-anaknya kelak. Di taman ini selain tanaman yang ia tanam terdapat juga kolam ikan yang ukurannya cukup luas dengan air mancur di tengahnya. Terdapat juga lahan yang cukup luas, rencananya lahan itu akan Rayhan bangun kolam renang khusus untuk anak-anaknya.

"bu Wawa mau nemenin Baim main gak?"

Wardah yang tengah memandang Baim dengan tatapan kosong pun terkesiap.

"bo-boleh."

Baim mengajak Wardah bermain ayunan yang ada di taman.

"bu Wawa cepet sembuh ya biar bu Wawa bisa ngajarin temen-temen lagi. Di sekolahan Baim cerita kalau bu Wawa tinggal sama Baim. Tapi bu Wawa lagi sakit dan di rawat sama papa Baim. Kan Papa Baim itu dokter."

"hmm.. Baim kok hafalannya pintar banget sih. Bu Wawa pengen tau guru ngaji nya Baim itu siapa? Kok bisa ajarin Baim sampai sudah tamat juz 30?" tanya Wardah penasaran

"Baim ngaji sama Bunda dan Papa, Bu."

"lho, emangnya Papa Baim gak kerja?"

"kerja kok. Papa kerja jadi dokter, Bu. Nanti Baim kalau besar mau jadi dokter juga, Bu. Biar bisa obatin orang yang sakit kayak Baim dulu."

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang