بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komennya yaa 😉
.
.🚗🚗🚗
Sudah seminggu sejak mereka pindah ke rumah yang sudah Rayhan siapkan. Perihal rumah Ummi, kini Hilman yang menempatinya karena baik Ara maupun Hilman ia tak menginginkan rumah peninggalan Abi mereka di jual. Jadi Hilman yang mengalah untuk menjual rumahnya demi menempati rumah peninggalan orangtua mereka karena memang Rayhan ingin memboyong Ara dan Baim ke rumah yang ia siapkan. Tak lupa pula Rayhan sudah mempekerjakan pekerja rumah tangga dan sopir untuk Ara. Ara sendiri sudah memasrahkan kedai nya pada Pipit. Mungkin jika Baim sudah sembuh Ara baru akan mengurusi kembali Kedai nya karena fokus Ara saat ini untuk kesembuhan Baim dan mengurus suaminya. Tapi tiap bulan ia harus mengecek keuangan kedai nya dan memberi upah pada karyawan-karyawannya.Ara menyiapkan sarapan untuk dua orang pria nya yang masih bergelung di tempat tidur. Rayhan semalam pulang larut karena ada operasi mendadak dan semalam Baim juga terserang demam. Rayhan dengan sabar menemani Baim yang terjaga di malam hari dan ingin menempeli Rayhan terus hingga Baim terlelap pukul tiga malam tadi. Ara yang tidak tega melihat Rayhan yang kurang tidur pun menyuruh Rayhan tidur kembali selepas subuh tadi. Ara memang menjalani kewajiban nya sebagai istri tapi tidak untuk satu hal. Ara masih membiasakan diri menerima kehadiran Rayhan.
Ara menyiapkan nasi goreng di atas meja. Tak lama Rayhan yang sudah rapi menghampiri meja makan.
"maaf kalau semalam Baim merepotkan dokter." ucap Ara tak enak
"gapapa, Ra." Rayhan menenguk susu yang sudah Ara siapkan, "nanti kalau demamnya masih ada tolong skin to skin lagi seperti semalam ya."
Ingatan Ara berputar kembali pada malam dimana Baim yang rewel karena panasnya mencapai 39 derajat padahal Ara sudah mengompresnya dan memberinya obat. Rayhan yang terusik pun bangun dan mengecek suhu tubuh Baim. Rayhan membuka baju Baim dan ia pun membuka bajunya untuk Skin to skin untuk mengurai panasnya membuat Ara memalingkan wajah ketika melihat Rayhan bertelanjang dada.
Ara menggelengkan kepala membayangkan tubuh kekar sang suami.
"kenapa?"
Ara terkesiap, "kenapa? Kenapa apa nya?" tanya Ara gugup
"kamu pusing?"
"hah? ehh, nggak kok." Ara menuangkan nasi goreng untuk Rayhan, "ini di makan dok."
Setelah sarapan Rayhan kembali ke kamar untuk memastikan kondisi Baim, Ara segera mencuci piring kotor di wastafel.
Prangg
Piring yang Ara pegang terlepas dari tangannya. Ara merasakan perasaan yang tidak nyaman di hatinya. Ia segera membereskan pecahan piring dan segera melihat Baim di kamarnya.
Ara membuka pintu perlahan ia melihat Rayhan yang bertumpu siku sambil memejamkan mata di sisi ranjang Baim. Ara tak enak hati melihat Rayhan terkantuk seperti itu. Mendengar derap langkah kaki Rayhan membuka matanya.
"maaf aku ketiduran." Rayhan merapikan kemejanya lalu ia mengambil snelli yang di gantung di hanger dan memakainya.
"dok."
"ya, kenapa Ra?"
"hari ini jadwal nya padat?"
Rayhan mengernyitkan dahi, "kenapa memangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...