10. Seperti Mimpi

17.2K 1.7K 10
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komen nya yaa 😉
.
.

🚗🚗🚗

Hari demi hari telah terlewati bersama dengan semua kejutan yang telah diberi-Nya. Terkadang manusia menginginkan apa yang ia inginkan tanpa tau itu yang terbaik atau tidak untuknya. Namun tidak dengan sang maha pencipta, sang Maha Pemilik Kehidupan akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.

Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya. Meskipun kadang Dia tak langsung mengabulkan permintaan setiap hamba bukan berarti Dia tidak sayang pada hambanya namun Allah ingin tahu seberapa gigih seorang hamba dalam merayu-Nya.

Ara melangkahkan kakinya menuju ruang tengah membawa tiga gelas teh dan camilan untuk tamu nya.

"suara apa tadi, Ra?" tanya Ummi yang melihat putrinya datang dari arah dapur

"ohh, itu tutup toples gula jatuh mi." jawab Ara, "silahkan diminum kak, dok." Ara menata gelas dan camilan di meja ruang tamu.

"Ara pamit mau lihat anak-anak dulu ya, Mi." Ara hendak pergi namun lengannya di cegah oleh Ummi.

"duduk sebentar, Ra. Nak Rayhan ingin menyampaikan sesuatu."

Ara duduk disamping Umminya berseberangan dengan Rayhan Sedangkan Hilman duduk di sofa single.

"jadi Rayhan ini dulu teman kecil kakak. Kamu pun kenal Ra, tapi qodarullah, karena kamu waktu itu kecelakaan mungkin kamu lupa dengan Rayhan." jelas Hilman diangguki Ara, "ada sesuatu hal yang ingin Rayhan sampaikan sama kamu Ra."

Rayhan terlihat menghela nafas, "hmm, mungkin ini sangat mendadak untuk bu Citra..."

"panggil Ara aja, dok."

"ya, mungkin ini sangat mendadak untuk Ara dan keluarga. Selama beberapa bulan belakangan ini setiap saya bertemu dengan Baim rasa nya hati saya menghangat. Melihat tingkah Baim rasa perhatiannya pada sang bunda membuat saya tanpa sadar mulai menyayangi Baim. Dengan itu saya meminta izin pada Ara untuk mengabulkan keinginan Baim." tutur Rayhan panjang lebar, "saya siap menjadi papa untuk Baim."

Deg

Ara yang sedari tadi menunduk kini mendongak menatap seseorang dihadapannya. Sungguh ini sangat berat.

"maaf sebelumnya atas permintaan nyeleneh anak saya. Tapi sepertinya anda tidak perlu repot-repot mengabulkan permintaan anak saya." tutur Ara

"saya juga tidak keberatan, karena saya juga menyayangi Baim. Saya sudah menganggap Baim seperti anak saya sendiri." jawab Rayhan

Ara menghela nafas panjang, "tapi saya yang keberatan, dok!" ucap Ara tegas

"Ra!!" tegur Ummi dan Hilman

Ara menatap Ummi dan Hilman bergantian, "mi, kak. Ara mohon tolong jangan paksa Ara untuk ngelakuin hal yang Ara gak bisa lakuin. Ini cuma permintaan nyeleneh Baim."

"kamu bisa dek, kamu hanya perlu mencoba." ucap Hilman

"pernikahan bukan untuk percobaan kak."

Ara kembali menatap Rayhan, "saya bisa saja menerima dokter Rayhan sebagai suami dan papa untuk Baim tapi apa bisa keluarga dokter Rayhan menerima saya dan anak saya. Secara status kita beda jauh, dok. Apa nanti keluarga dokter bisa terima saya dengan status janda beranak satu?" ucapan Ara membuat semua terdiam

Baik Ummi maupun Hilman juga membenarkan ucapan Ara. Mereka tak mau jika Ara tak di terima di keluarga suaminya kelak dengan statusnya yang seorang janda.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang