بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
.
.
Happy reading ❤
.
.
.🚗🚗🚗
Hari terus berganti, kini kandungan Ara menginjak usia tujuh bulan. Sudah dua bulan pula Rayhan selalu bolak-balik Bandung-Jakarta untuk memantau proyek pembangunan bengkelnya. Beruntungnya sang ayah mau meringankan jadwal prakteknya di rumah sakit jadi hari libur bisa ia pergunakan untuk memantau proyek nya tanpa mengganggu waktu weekend yang ia khusus kan untuk keluarganya. Proyek perluasan bengkelnya pun sudah berjalan limapuluh persen.Ara sempat merengek ingin menginap lagi di rumah masa kecil Rayhan dengan mengajak Baim tapi Rayhan menolaknya. Ia tak ingin kejadian dua bulan yang lalu terulang lagi. Karena ingatan Ara yang belum pulih. Ara sendiri juga masih menjalani terapi ingatan.
Namun sudah dua minggu ada yang berbeda dari Rayhan. Dia jarang sekali menghubungi Ara saat berada di Bandung bahkan sempat tak pulang dan tak mengabari sehari penuh membuat Ara khawatir. Namun Ara selalu menepis rasa overthinking nya. Mungkin saja, sang suami tengah sibuk hingga lupa tak mengabari.
"lho, mas kamu kok sudah pulang. Aku kira kamu gak pulang lagi." ucap Ara
Sudah dua hari Rayhan tidak pulang ke rumah padahal kemarin lusa ia sudah kembali ke jakarta namun ia langsung ke rumah sakit dan kembali pulang ke Bandung tanpa mampir ke rumah untuk bertemu anak istri.
"kamu habis darimana?" tanya Rayhan yang melihat istrinya membawa sebuah plastik.
"ohh ini aku habis ke depan komplek. Mau banget kue balok jadi aku beli yang di depan komplek. Aku juga udah minta izin ke kamu tapi ponsel kamu gak aktif." ucapnya seraya memamerkan plastik berisi kue balok
Rayhan mengecek ponsel nya yang ternyata mati, "kenapa kamu gak nunggu mas pulang aja sayang. Nanti kan mas belikan."
"aku fikir mas gak pulang lagi jadi aku beli sendiri. Lagian dekat kok, mas. Di depan kompleks. Maaf ya."
Rayhan di rundung rasa bersalah apalagi mendengar kata maaf dari sang istri, harusnya kata itulah yang keluar dari mulutnya. Seharusnya Rayhan yang memenuhi kekeinginan sang istri yang masih berada di fase 'ngidam' itu. Namun nyatanya ia lebih mementingkan hal lain dibandingkan istri dan anaknya.
"yuk masuk. Kita makan kue nya sama-sama. Baim pasti senang papa nya pulang."
Ara perlahan menjauh dari Rayhan yang masih berada di ambang pintu. Rasa nya hina sekali kembali bersama dengan anak dan istrinya setelah apa yang ia lakukan di Bandung tanpa sepengetahuan istrinya.
Perlahan Rayhan melangkahkan kaki nya ia melihat putra sulungnya tengah bermain lego di ruang keluarga. Baim tersenyum menyambut kepulangan sang ayah. Baim menghampiri Rayhan dengan merentangkan tangannya. Rayhan pun menyambut baik.
Baim mengecup seluruh permukaan wajah sang ayah berkali-kali ia menyebutkan kata rindu pada Papa nya.
"Papa jangan pergi lagi ya. Kakak kangen Papa." ucapnya sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Rayhan.
"iya sayang. Maaf ya papa sibuk terus jadi gak ada waktu untuk kakak."
Ara kembali ke ruang keluarga dengan membawa piring berisikan kue balok yang tadi ia beli.
"duhh, manja nya kumat deh." cibir Ara melihat anak dan suaminya yang lengket bak prangko.
"bunda juga boleh kalau mau manjaan sama papa. Sini bahu sebelah kiri masih kosong nih." ucap Rayhan seraya menggoda sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Untuk Baim (Selesai)
General Fiction✔ follow sebelum membaca cerita ini ✔ usahakan membaca cerita 'Penghujung Takdir' lebih dulu agar tau asal usul tokoh di cerita ini ⚠ cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, tempat dan latar belakang itu adalah kebetulan semata tida...