5. Pertemuan Kedua

18.6K 2K 23
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

.
.
Happy reading ❤
.
.
Jangan lupa vote komen nya yaa 😉
.
.

🚗🚗🚗

Ara masih memikirkan perkataan sang Ummi. Ya,  mungkin benar saat ini Baim merasa baik-baik saja karena ia dikelilingi orang-orang yang mencintainya. Namun suatu saat pasti ada saatnya ia merasakan kehampaan hatinya yang kosong karena kehilangan figur seorang ayah. Selama ini Ara semaksimal mungkin memposisikan diri sebagai ibu dan ayah yang baik untuk Baim. Semoga anaknya itu tak akan meminta hal yang Ara sendiri tidak bisa melakukannya. Lamunan Ara buyar akibat tepukan dari Pipit.

"mbak, udah jam sebelas lewat mbak gak jemput Baim?"

"astaghfirullahaladzim, Baim pasti nunggu mbak, Pit." Ara melepas apronnya, "mbak, jemput Baim dulu. Kamu terusin kerjaan mbak ya."

Ara melangkah kan kakinya tergesa menuju sekolah Baim. Bisa bisanya ia ceroboh hingga melupakan Baim.

Jam segini pasti sekolahan udah sepi. Ya Allah Baim maafin bunda, Nak.

Belum sempat Ara melangkahkan kakinya menuju jalan raya untuk menaiki angkot namun langkah kakinya terhenti saat mendengar Baim memanggil dirinya. Ara berbalik melihat Baim yang di gandeng oleh seseorang.

Ara berlari memeluk Baim. Ia benar-benar khawatir jika saja sesuatu terjadi padanya ia pasti akan mengutuk dirinya sendiri karena telah lalai menjaga amanah.

"ya Allah Baim. Maafin bunda ya Nak. Bunda gak sempat jemput kamu." Ara meneteskan airmata menyesal

Baim menghapus airmata Ara, "gapapa Bunda, aku di antar sama Om baik, kok."

Interaksi ibu dan anak itu tak luput dari tatapan Rayhan. Pemuda itu terpesona dengan perlakuan Baim terhadap ibunya. Tanpa sadar bibirnya tertarik kesamping.

"iya, tante . Baim tadi pulang sama aku dan Om Ray." timpal Inara yang ada disamping laki-laki itu.

Ara berdiri, "terimakasih Pak---"

"Rayhan."

"terimakasih Pak Rayhan. Sudah menolong anak saya. Maaf jika Baim merepotkan."

"tidak merepotkan, kok. Saya senang bisa bertemu Baim lagi." Rayhan mengacak rambut Baim

"kalau begitu sebagai ucapan terimakasih saya. Gimana kalau bapak dan Inara makan dulu di kedai kami." tawar Ara di angguki Rayhan.

🚗🚗🚗

Hari ini jadwal Rayhan sedikit longgar ia pun diminta untuk menjemput Inara anak dari kakaknya, keponakan tersayangnya disekolahan karena Raina -sang kakak-tak bisa menjemput sebab sedang mengantarakan suaminya ke bandara. Mau tak mau Rayhan mengiyakan permintaan kakaknya yang kebetulan jadwal hari ini kosong hingga jam istirahat siang nanti.

Rayhan telah sampai di depan sekolah Inara ia memasuki gerbang dan disambut keponakan cantiknya itu yang bersama seorang temannya. Rayhan mengingat-ngingat bocah yang sedang memainkan ujung sepatu nya itu. Ah, ya sekarang ia ingat.

Papa Untuk Baim (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang