"gimana keadaan putri saya dok?" Albert cemas melihat anaknya terbaring kembali di atas tempat tidur.
"Nona Auris semakin parah pak, jika nona Auris terus menerus tidak makan dan minum obat, dia akan menaiki stadium 3 sekaligus karena nona tidak bisa menyetabilkan pikirannya ketika sudah mendapat omongan buruk, lebih baik nona di jaga lebih baik supaya tidak berdampak buruk oleh kondisinya." Dokter yang selalu merawat Auris memberikan senyum dan langsung pergi.
Semua yang menunggu di luar langsung saja masuk ke ruang VVIP yang selalu di tempati Auris ketika seperti ini.
Masalah uang tidak apa-apa asal anaknya sembuh itu yang di inginkan Albert dan Adele.
Anak yang sudah bertahun tahun hilang dan sekarang di temukan tapi di berikan ujian oleh tuhan dengan seberat ini.
Membuat semua orang sedih melihatnya, ngga bagaimana setiap hari harus meminum obat untuk menghilangkan rasa nyeri di kepala dan membuat tubuhnya stabil.
Albert mengelus kepala anaknya sambil memegang tangan anaknya dan terus saja menciumi.
"Princess, bangun dong princess tega? Liat papah nangis gini? Papah udah bilang kalo.ada masalah bilang, mulai sekarang papah akan jaga kamu dan akan bunuh orang yang buat Auris gini, princess nya papah bangun dong, papah nangis kalo princess ngga bangun." Albert menetes kan air mata melihat wajah putrinya yang pucat tak berdaya ini.
Adele menangis melihat suaminya meneteskan air mata nya, semua orang yang ada di kamar rawat Auris sedih melihat interaksi antara anak dan papah ini.
"Papah." Auris langsung saja siuman ketika di mimpinya ada papahnya menangis.
Melihat papahnya menangis Auris langsung saja memegang pipi papahnya.
"Auris?, Princess papah udah bangun?" Albert menghapus air matanya.
"Kenapa?" Auris bertanya dengan lemah.
"Kenapa sayang?" Adele bertanya pada anaknya.
"Kenapa Auris bisa masuk rumah sakit? Kenapa setiap Auris kepikiran selalu begini?" Auris maish saja berbicara dengan nada rendah.
Semua keluarga terdiam mendengar pertanyaan Auris, belum saatnya ini semua di bongkar karena sekarang masih dalam kondisi yang tidak bagus.
"Papah sudah pernah bilang, kamu jangan banyak pikiran, obat di minum, makan jangan telat, ngga boleh kecapean, kamu punya penyakit jantung lemah sayang, menimbulkan banyak reaksi jadi kamu juga harus merawat badan dong, jangan banyak pikiran yah princess kalo kamu gini lagi papah akan bunuh orang yang udah bikin princess keluarga Albert sakit." Albert mencium telapak tangan anaknya.
Auris tersenyum, "Auris lemah pah, Auris ngga tau kenapa Auris bisa gini, maafin Auris udah repotin semua, makasih udah bikin Auris jadi ratu, papah sama mamah ga boleh nangis, kalian semua juga jangan nangis." Auris tersenyum memandang satu persatu keluarganya yang mendekat.
"Halo cucu opaa." Opa langsung menyapa cucunya.
"Halo opa." Auris kembali menyapa dengan telapak tangan yang di lambaikan.
"Kenapa gini lagi? Dulu kan Auris udah janji sama opa, bakal cerita sama opa, kenapa sekarang masuk rumah sakit lagi? Opa pernah janji sama Auris kalo Auris drop lagi, opa bakal jaga Auris sekarang." Opa memberikan petuah tapi juga ada ancaman pada cucunya.
"Auris cuma kecapean, opa udah tua nanti kalo ikut Auris nanti punggung opa sakit, hahaha." Auris langsung tertawa sehabis mengejek opanya.
"Oh, bilang opa tua? Sini-sini sayang deh sama cucu opa ini." Opa mendekat dan langsung mencium kening cucunya dan memeluk cucunya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA {TERBIT}
Teen Fictionbuku sudah terbit, jangan lupa beli di shopee, ingat yang ori! Auristela gadis yang hidup sebatang kara sosok yang tidak memiliki teman dan sahabat di sekolah di bully dan di hina tapi dia tidak tau jika orang tua kandung nya masih mencari keberadaa...