Pingsan

755 32 0
                                    

Jangan lupa budayakan vote dan komen.

***

Setelah perjalanan 1 jam sekarang semua sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta tinggal menunggu waktu berangkat nya saat menunggu Auris terlihat manja sama dary karena mereka duduk berdua berdampingan.

"Kenapa?" Tanya dary yang peka klo kekasihnya lagi pengen di manja.

Auris hanya menggeleng atas pertanyaan kekasihnya karena emang cuma pengen di manja bukan yang lebih.

Lalu dary mencium tangan kekasihnya sambil memeluk dari samping, itu membuat Auris mencari tampat yang nyaman, Auris terus bergerak dan akhirnya menemukan tempatnya.

"Ay,boleh tanya?" Auris tanya sambil mendongakkan kepalanya.

"Hm, tanya aja, mau tanya apa?" Daru menjawab sambil menundukkan kepalanya .

"Dulu kan pas kamu pertama kali ketemu aku di rumah, kan kamu bilang klo aku manis, terus kak Agam bilang kamu udah move on emang siapa sih?" Pertanyaan itu membuat dary tercengang kenapa gadisnya ini menanyakan itu, apakah ini saatnya dia memberitahunya? Tidak tidak.

"Itu Agam anaknya kan suka becanda, jadi ya cuma canda aja." Alibi dary karena dia ga mau hubungannya ada masalah.

"Beneran? Kalo kamu ketahuan bohong awas aja kamu." Ancam Auris berharap kekasihnya jujur tapi tidak.

"Iya ay."

Saat Auris ingin bicara ternyata mamah dan papah nya memanggil untuk check out.

"Sayang buruan ke sini." Suruh papahnya.

"Kamu ini pacaran mulu nanti aja di Bali, gausah sekarang." Tegur mamahnya dan membuat Auris cemberut dan dary langsung mengandeng kekasihnya itu.

***

Setelah 2 jam perjalanan akhirnya sampai juga  di bandara internasional Ngurah Rai, sekarang semua sudah turun dan mengambil barang masing-masing.

Sambil menunggu datangnya jemputan Auris lapar dan menginginkan roti dan akhirnya menemukan roti boy.

Dary dan Auris langsung menuju stand yang menjual roti itu.

"Mba, roti nya 2 yang rasa coklat." Pesan dary dia membeli 2 untuk mereka.

"Baik mas, ini rotinya totalnya 50.000." ucap pelayan dengan sopan.

Dary langsung menyerahkan uang biru kepada pelayan dan langsung mengambil rotinya yang di serahkan.

"Nih makan." Serah dary ke Auris yang sudah menunggu di kursi tunggu.

"Makasih." Auris senyum, itu membuat dary tercengang.

Dary memalingkan wajahnya dan memikirkan apa yang ditanyakan oleh Auris tadi apakah ini waktunya untuk memberi tau masa lalunya? Tidak tidak itu tidak mungkin.

"Ay, seumpamanya klo aku nanti pergi kamu bakal setia nunggu aku atau akan ikut pergi?" Pertanyaan itu seperti pamitan untuk pergi.

"Kenapa kamu ngomong gitu sih, kamu tetep stay di sini ga boleh kemana mana." Wajah dary memerah seakan tidak mau jika kekasihnya pergi meninggalkan nya.

"Kita ga tau umur, aku juga ngga tau gimana nasib aku nanti, besok, atau lusa, bisa aja aku hari ini kenapa napa, aku ga bisa nentuin hidup mati aku, dan kenapa aku tanya kayak gitu kenapa kamu marah kayak gitu ada apa sama aku?" Curiga Auris ke kekasihnya.

Dary langsung diam tanpa menjawab omongan kekasihnya dan langsung berbohong jika sudah di jemput.

"Eh, supirnya udah dateng tuh, ayok kita kesana nanti di cariin mamah papah." Alibi dary belum saatnya semua di beri tau ke Auris.

"Kepala aku pusing." Keluh Auris dan langsung menarik dary.

Dary yang mendengar kekasihnya mengeluh kepalanya sakit dary langsung khawatir kerena kekasihnya memegang kepalanya langsung.

"Hei, kenapa? Sini aku gendong." Ajak dary dan Auris ikut saja.

Dady mengendong Auris sampai ke keluarga kekasihnya itu dan semua langsung panik melihat anak mereka dengan keadaan pucat itu.

"Dar, kenapa adek gua?" Panik afkar.

"Dary kenapa dengan anak Tante? Kok dia pucat trs kenapa kamu gendong segala?" Berondong pertanyaan dari mamahnya Auris.

"Te,sebaiknya kita langsung ke penginapan aja kayaknya Auris butuh istirahat dia tadi ngeluh kepalanya sakit." Tanpa menjawab dary langsung memberikan saran itu.

"Yaudah ayok kita ke mobil sekarang cepet." Albert panik melihat keadaan anaknya yang seperti itu.

Semua pada panik melihat Auris yang pucat pasi dan lemah itu apa lagi Adele mamah Auris yang sudah menangis melihat anaknya yang sudah lemah pingsan itu jika saja dia bisa mengantikan posisi anaknya dia akan menggantikannya.

"Pah, aku takut Auris kenapa napa, kenapa sih dia dikasih penyakit mematikan itu." Tangis Adele semakin keras ketika anaknya belum juga sadar.

"Mah, tenang habis ini kita akan sampai dan akan memanggil dokter." Albert mencoba menenangkan istrinya padahal hatinya sangat khawatir melihat anaknya yang sedang pingsan.

Albert menelepon seseorang yaitu dokter menyuruhnya datang ke penginapan yang akan di tinggali beberapa hari ini.

***

Sekarang di sebuah ruangan sudah ada dokter yang memeriksa Auris yang belum sadarkan diri juga.

Membuat semua keluarga panik melihat cucu sekaligus anak mereka tak berdaya itu, dan dary yang melamun sambil menangis melihat kekasihnya yang tak berdaya membuat khawatir takut kehilangan itu yang di rasakan.

***

🌸🌸🌸

Haloo!
Gimana nih para para readers yang ga vote dan komen?!
Masih bahagia disana?
Ga di kecewain ora kalian?
Semoga aja ada balasannya.

Aku cuma minta vote dan komen.

Sekali lagi itu aja.

Tinggalkan jejak ♥️

Bye

AURISTELA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang