Datangnya

816 36 0
                                    

Halo. Jangan lupa vote&komen.
Jangan bikin sedih 👉👈
Kalian hebat kan jangan bikin anak orang nangis.
Nanti di sup mamak aku mau?
***

Sekarang adalah kedatangan Oma dan opa sekaligus kakek nenek, sekarang sudah jam 2 tapi blm datang juga dan itu membuat Auris sedih hingga semua membujuk.

"Mana katanya mau datang, papah boong?" Tuduh Auris.

"Mungkin telat sayang, jangan sedih kamu ga boleh banyak banyak kepikiran." Alibi Albert.

"Tapi kan Auris udah ga sabar ketemu me-"

Auris blm selesai berbicara ada orang yang menyela omongan Auris dan Auris langsung menoleh.

"Ga sabar ketemu siapa cucu nya Oma?" Teriak Oma yang di depan pintu dengan opa.

"OMAAA." Teriak Auris dan dia akan turun dari tempat tidurnya tapi semua melarang.

"Dek, Oma juga akan kesini gausah turun,turun tuh liat tangan kamu berdarah kan, jangan banyak gerak mangkanya." Marah afkar ke adeknya bukannya melarang tapi keadaannya sakit.

"Kamu nih , sakit masih aja bisa teriak teriak, liat kan tangan kamu udah jangan banyak tingkah." Tutur dary sambil mengelus kepala Auris.

Oma dan opa datang ke brankar langsung memeluk cucu mereka.

"Cucu Oma, kamu udah gede yah maafin Oma dan opa yang datangnya terlambat, tadi macet padahal Oma sudah memarahi orang orang yang membuat itu macet sayang maafkan Oma dan opa bukan maksud memperlambat semuanya sayang pliss maafkan oma." Jelas Oma ke cucunya.

"Iya Oma, Auris maafkan itu bukan masalah, dan opa apa opa ngga pengen meluk Auris?" Tanya Auris sambil menengok ke opa nya yang bermuka jutek.

"Tidak, opa marah kenapa kau tidak memanggil opa juga cuma Oma mu, opa ngambek." Kata opa sok marah padahal cuma becanda.

"Opaa, maaffin  Auris pa Auris terlalu histeris ingin menemui opa dan Oma  tapi yang muncul kan Oma jadi Auris manggil Oma dong maaffun Auris yah pa." Minta Auris ke opanya.

"Apa yang tidak opa lakukan untuk mu sayang, kamu cucu opa yang paling cantik opa ngga bisa padamu sayang sini peluk opa." Pelukan opa di sambut rentangan tangan Auris.

Opa yang sudah mengunakan tongkat untuk menyeimbangkan tubuhnya agak repot menaro kemana tongkatnya.

"Dimana cucu ku tersayang? Nenek datangg." Teriak nenek yang tiba tiba muncul dari pintu.

Itu membuat Auris langsung melepas pelukannya dengan opa dan langsung histeris mengetahui neneknya sudah datang.

"Nenek, sudah datang? Hihi nenek pelukk." Histeris Auris.

Auris senang sekali akhirnya semua sudah datang, ini sangat lengkap bagi Auris semua sudah datang menemani nya di rumah sakit.

"Nenek, kakek kenapa datangnya lama sekali? Auris sudah menunggu kalian dari tadi apakah kalian tidak sayang sama auris?" Sendu Auris.

"No, nenek sangat sayang padamu, nenek sudah ingin cepat cepat ke sini tetapi mobil yang tadi kita naiki tiba tiba meledak." Yang dikatakan nenek benar untunglah tidak ter jadi apa apa.

"Mi, apakah mami baik baik saja?" Khawatir Albert.

"Tak apa Al, mami dan papi tidak apa apa." Tenang nenek.

"Syukur lah nenek dan kakek ku tak apa tuhan." Syukur afkar.

Oma,opa, nenek dan kakek yang mendengar suara cucunya yang laki langsung mencari sumber suaranya.

"Cucuku aku hampir lupa jika aku mempunyai cucu laki laki, hahah, terlalu senang memiliki cucu perempuan afkar, dan kenapa saat opa datang kau tak menyambut?" Selidik opa.

"Opa yang duluan menghampiri Auris ini, sampai lupa dengan cucu laki mu aku akan mengadu ke Oma." Adu afkar semacam anak kecil.

"Kak, ini benar benar kamu?" Tak percaya Ara.

Afkar menoleh ke ara dan memasang wajah kesal kenapa juga Ara tau.

"Oh iya kamu siapa? Pacar afkar? Atau apa?" Tanya Oma yang over protective.

"Em-"

"Dia sahabat aku Oma dan dia akan tinggal di rumah kita karena Auris ngga punya teman jadi aku menyuruhnya tinggal di rumah dia juga tidak punya orang tua dia tinggal sendiri Oma dan aku pingin dia tidak bersama kita." Jelas Auris sebelum Ara menjelaskan.

"Boleh sayang apa sih yang ga di bolehin buat cucu Oma, siapa namanya?" Tanya Oma sambil memegang dan mengelus tangan cucunya.

"Nayara, tapi kita memanggil Ara karena dia sangat lucu." Puji Auris sambil mencubit pipi Omanya.

"Hahahaha." Semua yang ada di ruangan tertawa.

***

Satu persatu orang yang ada di ruangan sudah pergi ada yang pulang atau pergi kemana disini tinggal dary, afkar dan Ara, berhubung tidak ada orang tua Auris akan tanya ke afkar.

"Abang, Auris boleh tanya?" Izin Auris ke abangnya.

"Iya apa?" Jawab afkar sambil menaro' hp nya yang tadi main game online.

"Apa mamah dan papah ga punya saudara?" Tanya Auris yang masih kepo.

"Mamah anak tunggal nenek dan kakek, klo papa punya saudara namanya paman Adya, kenapa?" Bingung afkar.

"Terus kenapa kok Auris gw pernah lihat paman Adya? Apa paman Adya punya anak? Istri?" Tanya brondong Auris.

"Dulu paman Adya dan papah bersaudara baik tapi dulu itu papah ga ngebolehin paman Adya nikah dengan janda paman Adya malah marah dan memutuskan ikatan kekeluargaan tapi mamah dan papah masih menganggap saudara, cumanya aja paman adya yang baper." Ledek afkar ke pamannya.

"Emang siapa sih nama anaknya?" Kepo Auris.

"Auris, tidor, gausah tanya tanya nanti kamu kelelahan lagi." Petuah dary karena udah enek denger yang lain di bicarakan.

"Belum ngantuk." Tolak auris masih mau tanya tanya.

"Kar,Ra kalian keluar dulu aja jangan masuk dulu biar istirahat, nanti malah kecapean kamu mau ga pulang pulang?" Uris paksa dary .

"Iya, yaudah kamu istirahat, jangan ngapa ngapain adek gua." Peringat afkar dan langsung mengandeng tangan Ara untuk keluar.

***

🌸🌸🌸

Hii!
Akhirnya part nya tambah kan.
Seneng ga? Semoga
Yaudah ga usah basa basi.
Makasih pembaca setia dan pekomen setia yahh.
Jangan bosen.
Semoga kalian sehat selalu.

AURISTELA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang