"Halo Auris." Di pintu ruang rawat Auris ada Ray dan Adrian yang masuk.
Ray menyapa Auris dan Adrian tersenyum memandang Auris dengan wajah pucat.
"Haiiii, rayyy dan hai Adrian." Auris menyapa Ray dan Adrian dengan senang.
"Hai." Adrian menyapa kembali.
"Maafin kita yak baru kesini." Ray dan Adrian mendekat ke ranjang.
"Huh, gapapa kok disini juga banyak orang jadi Auris ngga kesepian, Auris juga tau pasti kalian sibuk jadi its okey." Auris menjawab dengan senyum.
"Oh iya hai Dar." Adrian menyapa dary yang ada di samping Auris sedari tadi memandang wajah Auris tanpa memandang wajah Adrian dan Ray yang menjadi tamu.
"Oh iya ini gw bawa buat lu." Ray memberikan bunga mawar dengan buket warna hitam.
"Makasih Ray ini cantik banget." Auris berbinar memandang buket pemberian sahabatnya ini.
"Oh iya gimana keadaan lu ris?" Adrian bertanya pada Auris bagaimana kabar Auris.
"Baik kok mungkin sebentar lagi bakal keluar." Auris menaruh bunga pemberian Ray ke nakas samping brankar nya.
"Oh iya Dar, kemana afkar?" Adrian bertanya pada dary.
"Lagi keluar bareng Aya." Jawab dary dan langsung mengalihkan pandangannya kembali ke wajah Auris.
"Kenapa sih?" Auris bingung melihat Dary memandangnya begitu lekat.
"Ngga lagi suka banget liatin kamu." Ray yang mendengar itu langsung mendengus.
***
Setelah tadi Ray dan Adrian menjenguk Auris sekarang di dalam ruangan ada Dary, Afkar, Aya dan Auris.
"Papah kemana bang?" Auris bertanya pada abangnya.
"Lagi urus administrasi sama mamah juga mau ke dokter, kata dokter kamu nanti malam boleh pulang dan harus tetap terapi." Afkar menjelaskan pada adeknya.
Sekarang suasana sunyi di ruang rawat Auris, sore pun datang satu per satu keluarga Auris berdatangan karena hari ini Auris sudah di perbolehkan untuk pulang.
Auris sudah mendengar amanat dari dokter yang tidak di bolehkan menyimpan pikiran apapun dan berhenti mengonsumsi obat takut akan terjadi lagi.
Papah dan opa plus kakek mengancam Auris jika ini terjadi lagi Auris akan di bawa ke luar negri untuk sekolah di sana dan akan di jaga ketat disana dengan opa dan Omanya.
Auris tidak mau meninggalkan keluarga dan sahabatnya di Indonesia karena Auris sayang Indonesia dan orang terdekatnya.
Tapi perintah dan petuah opa, kakek dan papah adalah suatu perintah yang harus di turuti jika tidak pasti Auris tidak akan bisa bebas.
"Kamu makan dulu, sama minum obat baru kamu boleh pulang." Nenek mencoba menyuapi cucunya.
Auris pun menerima suapan dari neneknya karena dia tidak mau mengulangi lagi masuk ke rumah sakit.
"Siap pulang?" Oma bertanya pada cucunya.
"Siap dongg." Auris melebarkan senyumnya dan kembali menerima suapan dari neneknya.
"opa hope you are always healthy." Opa mengelus kepala cucunya.
"And grand father hope you always take care of your health. " Kakek juga ikut memberikan cucunya petuah.
"Why? Auris will be healthy, thanks." Auris tersenyum melihat semua keluarganya sangat peduli.
"Okey Auris, mulai sekarang om Adya akan hukum orang-orang yang ganggu kamu." Om Adya ikut andil menjaga keponakannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURISTELA {TERBIT}
Fiksi Remajabuku sudah terbit, jangan lupa beli di shopee, ingat yang ori! Auristela gadis yang hidup sebatang kara sosok yang tidak memiliki teman dan sahabat di sekolah di bully dan di hina tapi dia tidak tau jika orang tua kandung nya masih mencari keberadaa...