Perlahan Ara membuka matanya, samar-samar ia dapat melihat Chika yang sedang berdiri di sampingnya.
"udah bangun, baru aja aku mau lap badan kamu" ucap Chika.
Ara memijat pelan kepalanya yang masih terasa pusing, ia tersentak kaget saat merasakan dingin di kening nya.
"eh kaget ya? sebentar ya.. aku lap badan kamu dulu"
Dengan lembut dan telaten Chika membersihkan tubuh Ara sementara Ara hanya diam memperhatikan nya.
"Buka dulu bajunya Ra, nanti ganti sama pakaian rumah sakit, kata dokter kamu harus dirawat dulu beberapa hari"
Lagi-lagi Ara hanya menurut, dengan dibantu Chika ia bangun dan bersandar pada kepala ranjang lalu mulai membuka pakaian nya.
Chika tertegun saat melihat ada luka jaitan yang cukup panjang di dada Ara, ia jadi teringat kembali dengan perkataan dokter Yona.
Sadar kemana arah pandangan Chika, Ara langsung saja menyilangkan kedua tangan nya di dada dan itu langsung membuat Chika sadar dari lamunan nya.
"eh, aduh maaf" ucap Chika yang langsung memalingkan wajahnya.
"hiih nakal ya matanya, sini lap nya biar aku sendiri aja" " ucap Ara.
Tanpa berkata apapun Chika langsung memberikan lapnya sementara ia menyiapkan baju pasien Ara.
"Tadi itu luka apa?" tanya Chika saat Ara selesai memakai bajunya.
"Aku mau buah kak.." rengek Ara, entah hanya untuk mengalihkan pembicaraan atau Ara memang menginginkan nya.
Chika langsung mengambil satu buah apel yang tadi sempat di bawa Vivi lalu mengupasnya.
Ara mengamati wajah Chika dengan sedikit senyuman menghiasi wajahnya, ia tak menyangka bisa benar-benar merasakan perhatian seorang kakak yang selalu ia impikan."Aaaaa" Chika memberi isyarat agar Ara membuka mulutnya lalu ia mulai menyuapi Apel yang tadi dikupasnya.
"kamu belum jawab pertanyaan aku loh Ra" ucap Chika dengan wajah sendunya.
Ara menghentikan kunyahannya, ia terlihat sedang berfikir sebelum akhirnya menelan habis apel dimulutnya.
"Jantungku lemah, dari kecil aku lebih sering ngabisin waktu dirumah sakit, sebelum akhirnya dapat donor jantung" ucap Ara.
Chika terlihat meringis kecil, ia tak tau akan sanggup atau tidak jika ada di posisi Ara yang hidup dengan banyak sekali rasa sakit di tubuhnya.
"aku udah gapapa kok" Ara mencoba membuat Chika tak mengkhawatirkan nya, ia paham betul apa yang sedang ada di pikiran kakak nya itu saat ini.
Chika tersenyum tipis, tangan nya terangkat membenarkan letak poni Ara.
"mulai sekarang kamu bisa cerita apapun sama aku Ra.."
Ara tersenyum dan mengangkat jempolnya. Walaupun masih terasa janggal tapi Chika mencoba menepis semua pikiran buruk tentang adiknya itu.
***
"gue takut Vi"
"ah elah, ini yang trauma lo apa Chika sih"
"kalau dia histeris lagi gimana?"
"usaha dong Yan, lo jadi cowok lemah amat"
"maaf, ini jadinya kita terus disini atau masuk ke dalam" ucap Mira yang sudah tak tahan lagi dengan saudara kembar yang sejak tadi hanya ribut.
"Ya udah yok"
Vivi yang duluan keluar dari mobil dan disusul Mira lalu Vian.
Saat ini mereka bertiga sudah ada di rumah sakit untuk menjenguk Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg