6

8K 886 20
                                    

Semenjak kejadian kemarin, Chika belum bisa beraktifitas disekolah seperti biasa.
Sementara Ara semakin tak bersemangat bersekolah ia lebih banyak diam terlebih lagi kabar tentang gangguan mental Chika sudah menyebar di seluruh area sekolah. Ara harus lebih ektra bersabar setiap kali mendengar orang-orang membicarakan hal buruk tentang kakak nya.

"jangan gini dong Ra.. lo diem mulu deh" Mira mengguncangkan tangan Ara yang saat ini memilih memejamkan matanya di kelas.

"Brisik Mira, gue mau tidur" ucap Ara.

"Tapi lo kan belum makan siang, gue aduin bunda nih"

"gue ga laper"

"Tapi kan.."

"Ara.."

Mira menoleh dan terkejut melihat Vian yang kini sudah berdiri di depan mereka.
merasa namanya dipanggil, Ara hanya mengintip dari balik hoodie coklat yang ia pakai lalu memutar bola mata malas saat tau siapa yang memanggilnya.

"Boleh bicara sebentar ga Ra" ucap Vian

Ara semakin menutup wajah dengan hoodie nya dan lebih memilih mengabaikan Vian.

"Ra.. ish lo tuh ya" kesal Mira melihat sikap acuh sahabat nya itu.

"gue mau tidur, jangan ganggu" ucap Ara tanpa membuka kedua matanya.

"bentar doang Ra.. gue pengen tau kondisi Chika"

Mendengar nama kakak nya di sebut Ara langsung terbangun dan menarik krah baju Vian, sementara Mira langsung terlihat kaget saat itu.

"Menurut lo gimna sekarang? dia sampai ga bisa masuk sekolah dan lebih milih ngurung diri di kamar" ucap Ara lalu sedikit mendorong tubuh Vian.

"gue bener-bener ga tau kondisi Chika sebelum nya, gue juga kaget dia bisa histeris kayak gitu"

"makanya, kalau lo suka sama seseorang tu ya di cari tau dulu tentang hidup nya"

"Ara!" Mira terlihat sudah sangat kesal karena sikap tidak sopan Ara pada kakak kelasnya itu, yang sangat membuat Mira kecewa adalah Ara yang sangat jauh berbeda dari Ara yang dulu ia kenal.

"apaan sih mir"

"lo gaboleh gitu, kalau bunda tau dia pasti sedih banget Ra"

"Ya jangan dikasih tau lah, gimana sih lo"

"Ya tapi kan..."

"Udah..udah.., gue ngaku salah Ra.. tapi gue beneran sayang sama Chika, lo percaya sama gue kan"

"Yee mana gue tau lo tulus apa engga, udah ah gue jadi ga ngantuk"

Ara berjalan begitu saja meninggalkan Mira dan Vian yang masih berada di kelas.

Ara pergi keatas rooftop, rasa kantuk nya kini lenyap begitu saja, dipikiran nya saat ini hanyalah tentang Chika.

Ara mendongkakan kepalanya menatap lagit, senyuman nya terukir saat melihat pelangi terbentang indah di atas sana, entah apa yang membuatnya sangat menyukai pelangi. Ara meraih ponselnya dan terlihat seperti mengetikan sesuatu sambil terus tersenyum, lalu kembali melihat pelangi itu yang semakin lama semakin memudar.

****

Di lain tempat Chika masih saja terdiam di atas balkon kamarnya, ia sedang memikirkan Ara yang terlihat murung sejak kemarin.

"Bodoh, kenapa gue harus nyebut dia Christy waktu itu" Chika masih merutuki kebodohan nya, menurutnya itulah penyebab Ara terlihat murung sejak kemarin.

"Tapi kenapa anak itu terus-terusan ngingetin aku sama Christy, rasanya ada di deket Ara itu sama kayak ada di deket Christy"

Chika mengusap kasar wajahnya guna membuang semua pikiran-pikiran aneh yang akhir-akhir  ini selalu mengganggunya.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang