Ara berjalan perlahan, mengitari dinding yang banyak sekali terpajang foto, bahkan ia bisa melihat foto seseorang yang mirip dengan Aya hanya saja ia berambut panjang dan selalu memakai pakaian yang sangat feminim, berbeda dengan Aya.
"ibu.." ucap Ara dengan lirih, ia tau itu pasti saudara kembar Aya yang sudah pasti adalah ibu kandungnya.
ini adalah pertama kalinya ia melihat sosok ibu kandungnya.Ara beralih melihat foto lain.
Hal yang paling membuat hati Ara teriris adalah sosok lelaki bertubuh gagah yang selalu memakai pakaian rapi, fotonya terpajang paling besar disini, Dia adalah Dyo, sosok lelaki yang sudah membuang nya, lelaki yang lebih mementingkan kehormatan nya dibandingkan anak kandung nya sendiri."aku ga pernah mau terlahir cacat Yah.. tapi kenapa Ayah benci sama aku?"
Lirih, Ara berucap sangat lirih, ia hanya seorang anak yang mempertanyakan keadilan di hidupnya.
Ara meneteskan air mata saat mengusap potret Ayahnya, hatinya tak bisa membenci sosok itu, bagaimana pun darah lelaki itu mengalir di tubuh nya.
Ara kembali melihat-lihat apa yang ada di ruangan ini, tapi ada satu hal yang membuatnya heran, tak ada satupun foto Chika disini.
Mata Ara tertuju pada sebuah kotak yang penuh dengan ukiran hingga benda itu paling mencolok diantara yang lain nya.
Ara meniup debu yang berada di atas kotak itu, sangat terlihat jika kotak itu sudah berada cukup lama disini.
Dengan perlahan Ara membuka kotak itu. Ternyata isinya hanya sobekan-sobekan koran.istri pemilik Juhan Grup tewas bunuh diri
Diduga depresi karena perselingkuhan suaminya dengan adiknya sendiri, istri dari Juhan Grup memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri .
"Aaakkh..." Ara yang kaget langsung menjauhkan kotak itu, saat ia melihat ada sebuah tali tambang berbentuk bulat di dalam kotak itu.
Tubuh Ara ambruk, nafasnya memburu, itu mungkin tali yang digunakan ibunya untuk gantung diri.
Ara sedikit merangkak, meraih sebuah kertas yang terlihat sangat usang. Ara membukanya, terlihat sebuah tulisan tangan yang indah dan sebuah foto seorang bayi terselip dikertas itu, foto bayi dengan banyak selang di tubuhnya dan tangan kiri yang tak ada, jelas sekali Ara tau jika itu adalah fotonya saat kecil.
Untuk anak ku, Zahra Nur Khaula..
aku sendiri yang memberikan nama itu...
Aku berharap kamu bisa menjadi gadis yang bersinar seperti arti nama mu.Nak.. ibu sangat menyayangimu, ibu sangat terima setiap kekurangan mu tapi sepertinya tidak untuk Ayahmu..
Saat ayahmu memandang mu sebagai aib, ibu akan terus memandangmu sebagai pelangi di hidup ibu..
Maaf.. ibu tak bisa menjagamu dari sikap arogan ayahmu, hingga ibu harus kehilangan mu saat ini..Kamu tau nak? seluruh hidup ibu hilang saat Ayahmu membawamu pergi..
Kamu lah satu-satunya anak ku, setelah bertahun tahun ibu menantikan mu, ternyata ibu harus kehilangan mu..Jangan pernah membenci Ayah, dia hanya terlalu dibutakan oleh kehormatan keluarganya..
ibu berharap kelak kamu akan menemukan surat ini..
dan mungkin saat itu kamu sudah menjadi gadis yang sangat cantik..
maaf kan ibu nak..
ibu sangat mencintaimu...."Aaaarrggkkk!!!" Ara berteriak, ia menumpahkan semua emosinya, bahkan kertas itu ia genggam kuat sambil terus dipeluk nya.
Hatinya sakit, teramat sakit..
fakta yang paling menyakitkan selama hidupnya, ia hanya anak buangan yang telah di titipkan rasa cinta dari sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg