Ara berjalan masuk kedalam rumah nya, sudah berhari-hari ia tak pulang, rasanya rumah terasa sangat asing dengan suasana se sepi ini.
"mami kemana ya" pikirnya.
Aneh sekali menurut nya, Aya tak pulang selama berhari-hari bahkan tak mengabarinya sedikit pun.
Ara berjalan kearah dapur, tenggorokan nya terasa kering saat ini.
"rumah gede, tapi penghuni jarang di rumah, sepi banget gini apa enak nya" monolog Ara setelah meneguk habis satu gelas air.
Namun Ara baru menyadari satu hal, ada yang aneh di sekitar nya, ia melihat sebuah cangkir di atas meja.
"kopi?" gumam Ara.
"Mami aya kan ga ngopi, rumah juga kosong beberapa hari, terus ini bekas siapa?"
Samar-samar terdengar derap langkah menuruni tangga, Ara yang sedikit terkejut langsung menunduk dan bersembunyi di balik lemari.
"Ya lo urus lah Cio, masa gitu doang ga bisa"
"...."
"gue masih cari berkas tentang kematian Alya, gue harus nemuin banyak bukti buat rebut semua harta peninggalan Dyo"
Jantung Ara berpacu cepat, ia tau betul siapa orang di balik suara itu.
"Ada gelas? waah ada yang pulang ternyata"
Ara memejamkan matanya, mengumpulkan keberanian untuk menghadapi lelaki yang sangat dibencinya itu.
Dengan segenap keberanian nya, Ara memutuskan untuk keluar dan benar saja, Gito kini tengah berdiri memandang remeh kearah nya.
"kenapa Om bisa disini?"
"Statusku masih suami Aya, jadi ini rumah ku juga"
Gito berjalan mendekati Ara, sementara Ara yang seolah tak mempunyai rasa takut justru semakin menatap tajam kearahnya.
"Tenang Ara, saya punya alasan kuat untuk tidak membunuh kamu, jadi jangan takut"
Ara menepis kasar tangan Gito yang hendak menyentuh nya.
"Dulu aku pikir om itu baik, om yang kasih tau aku semuanya, tapi aku ga akan pernah bisa maafin om yang udah hancurin masa depan kak Chika!"
"puufth.. hahaha" Gito tertawa, bahkan ia terlihat sangatlah puas.
"harus nya kamu terimakasih pada saya, karena trauma nya dia, kamu dan Chika bisa saling mencintai seperti sekarang kan?"
Ara tersentak, darimana Gito tau tentang perasaan nya dan Chika yang bahkan hanya mereka berdua yang tau.
"heran kenapa saya tau?"
Gito mencengkram erat kedua bahu Ara dan menatap tajam kearahnya.
"Saya selalu mengawasi kalian berdua, bahkan saya ternyata gagal membuat Chika mu itu mati menyusul kedua orang tuanya"
"brengsek!!" Ara mendorong tubuh Gito dan menghajarnya habis-habisan.
Rasa marah, kesal dan sedih bercampur menjadi satu di dada Ara."Salah keluarga ku apa hah! kenapa om tega buat kami menderita!!"
Braakk..
Ara tersungkur kelantai saat Gito berhasil memukul wajahnya.
"ayah mu itu orang yang serakah! dia telah membuat saya menderita dan dia harus liat bagaimana saya membuat kalian menderita!!"
"uhuuk.." Ara terbatuk-batuk ketika Gito menendang bagian perutnya sebelum akhirnya ia pergi dengan sisa amarahnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg