Chika berjalan menuruni tangga, tenggorokan nya sangat terasa sangat kering, ia memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil segelas air.
"Mami yakin kalau itu bunuh diri?"
"Kenyataan nya memang seperti itu Ra, dan polisi sudah menutup kasus nya"
"Tapi Mi.."
"Ara.."
"oke.. makasih Mi, selamat malam"
Chika mengerutkan kening nya, sangat jelas jika itu suara Ara dan Maminya, tapi apa yang sedang mereka bicarakan, Chika semakin yakin jika ada hal yang sengaja di tutupi darinya.
Ara keluar dan bersandar pada pintu, wajahnya terlihat sendu dan itu semakin membuat Chika penasaran.
"Kok belum tidur?"
"Astagfirullah.."
Ara berlonjak kaget bahkan ia nyaris terjatuh karena suara Chika yang datang tiba-tiba.
"kenapa ngagetin sih" gerutu Ara yang kesal dengan sikap kakak nya.
"ngapain ke ruang kerja Mami?"
"ah i..tu.."
Chika memicingkan matanya penuh selidik sementara Ara terlihat gugup saat ini.
puk..
Ara terkejut saat Chika menepuk pelan puncak kepalanya dan tersenyum lembut.
"tidur.. besok sekolah" ucap Chika lalu berbalik dan kembali ke kamarnya meninggalkan Ara yang masih sibuk menetralkan jantung nya.
***
Pagi ini seperti biasa, Ara berangkat sekolah bersama Chika, walaupun sudah tau tentang perasaan nya masing-masing tapi tak ada yang berubah diantara keduanya.
Mereka masih berinteraksi layaknya seorang saudara."ya udah yuk"
"eh tunggu"
Chika menahan Ara yang hendak keluar dari mobilnya sementara Ara masih menatap heran pada Chika.
Chika mengambil dasi dari tasnya lalu memasangkan nya di leher Ara."ini bukan senin, ga perlu lah lengkap-lengkap banget... aw.. sakiiit" pekik Ara saat lengan nya terkena cubitan Chika.
"atribut itu harus lengkap, bukan cuma senin aja"
"iya..iya.. jangan nyubit juga dong"
Dengan tengil Chika hanya menjulurkan lidah nya lalu keluar.
"Aduh.."
"ehh.. ya ampun" Ara terlihat kaget saat membuka pintu mobil dan sepertinya ada seseorang yang tak sengaja terkena pintu mobilnya.
Dengan cepat Ara keluar dan membantu orang itu untuk berdiri.
"Kamu gapapa?" tanya Ara pada seorang siswi yang sangat asing baginya.
Siswi itu hanya menggelengkan kepalanya tapi Ara bisa melihat dengan jelas ada luka di lutut siswi itu."Kenapa Ra?" tanya Chika.
"ini aku ga liat-liat dulu waktu buka pintu, ya udah aku anter kamu ke UKS ya"
"Ga usah, aku bisa sendiri ko"
"engga..engga, aku yang salah, jadi aku harus.."
"aku aja" ucap Chika sambil melepas tangan Ara yang sejak tadi memegang pergelangan siswi itu.
Entah karena tubuh Chika yang lebih besar atau ekpresi datar Chika yang membuat dua gadis di hadapan nya ini tak berkutik apa-apa dan hanya bisa mengikuti kemana Chika akan membawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg