Ara menatap dalam wajah Chika yang sedang terlelap, karena kejadian tadi, dengan terpaksa Ara harus memberikan Chika obat penenang.
Ara membetulkan letak selimut Chika, Fakta-fakta yang baru ia ketahui tadi semakin membuatnya berfikir untuk tidak pernah meninggalkan Chika, Tapi bagaimana jika Chika tau, apa Chika akan marah pada keluarganya? atau Chika akan lebih terpuruk juga?.
Pandangan Ara tertuju pada sebuah foto yang menggantung di dinding.
Itu adalah Foto Chika saat kecil, dan foto Chika selalu saja sendiri.Tiba-tiba ada hal yang langsung menganggu pikiran Ara.
"Om Gito bilang aku dan kak Chika itu saudara kandung, tapi di diary ibu tadi jelas banget kalau kak Chika itu anak angkat mereka, apa Mami aya juga ga tau kalau sebenarnya kak Chika itu di adobsi"
Ara memijat keningnya, keluarga nya ini sungguh menyimpan banyak sekali rahasia yang membuatnya semakin pusing.
Tak mau terlalu ambil pusing, Ara memilih untuk keluar dari kamar Chika.
Hari ini ia sudah berjanji untuk menemui Fiony tapi kondisi Chika saat ini tak memungkinkan nya untuk pergi.
"gimana ya.." Ara terlihat berfikir.
Akhirnya nama Cio lah yang langsung
terlintas di benak nya.
Ara langsung meraih handphone nya untuk menghubungi Cio.Tak butuh waktu lama, Cio ternyata langsung mengangkat telepon nya.
"Oy bocil, ada apa?"
"aku butuh bantuan kakak"
"tumben, kenapa? di rumah ga aman?"
Ara terdiam sejenak, seperti nya Cio sedang makan saat ini, karena ia bisa mendengar dengan jelas Cio yang sedang mengunyah.
"tolong kerumah sakit ya kak, temuin sahabat aku"
"mau ngapain? gua kan ga tau sahabat kamu yang mana"
"ya makanya nanti aku kasih tau, kakak dateng dulu aja kesini"
"iya..iya.. makan dulu lah gua"
Ara tersenyum senang, mungkin seperti ini rasanya memiliki kakak laki-laki, Ara akan terus merasa di lindungi dan tentunya gampang saat butuh pertolongan.
Setelah mengakhiri telepon nya, Ara memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan beberapa bangau kertas yang sudah dibuatnya khusus untuk Fiony.
Namun saat hendak masuk kamar, bel pun berbunyi, Ara terlihat heran.
Mana mungkin Cio datang secepat itu.
Ara mengurungkan niatnya untuk masuk kamar dan lebih memilih menghampiri siapa tamu nya saat ini."loh kak Shani" Ara lumayan kaget saat melihat Shani, pasalnya Ara tak pernah memberikan alamat nya pada Shani.
"masuk kak" dengan sopan Ara mempersilahkan Shani masuk.
"kakak kok tau alamat rumah aku?" tanya Ara saat keduanya sudah duduk di sofa.
"Dari dokter Yona"
Ara menganggukan kepalanya, dokter Yona memang sangat mengenal Aya jadi pasti dokter Yona tau alamat rumah nya.
"kakak kamu gimana keadaan nya? oh iya, ini aku bawa kue"
"Ya ampun kak, jadi ngerepotin.. kak Chika baik-baik aja, kondisinya makin membaik, sekarang malah lagi tidur"
"Syukurlah"
"kandungan kakak gimana?"
Shani tersenyum kecil, tangan nya langsung beralih mengelus lembut perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg