Gito berjalan masuk kedalam kamar Aya, tapi kali ini terlihat berbeda.
Gito lebih pendiam dari biasanya bahkan sisi angkuh nya pun seolah lenyap begitu saja."kenapa?" tanya Aya.
"apa aku salah kalau aku mau pengakuan dari papa"
kening Aya berkerut, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang diucapkan Gito.
"Menjadi anak berbakti apa sama seperti di perbudak oleh orang tua sendiri?"
Aya mengangguk pelan, ia baru paham apa yang sedang dipikirkan oleh Gito, bahkan kini Aya sangat berharap jika Gito bisa merubah jalan nya dan kembali seperti Gito yang Aya kenal dulu.
"kamu bukan anak kecil yang ga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk"
Gito menunduk, ia berjalan lalu duduk di samping tempat tidur.
"Apa yang aku lakukan sudah benar Ay, aku hanya ingin mengambil hak ku yang di rampas oleh keluarga Dyo, ia yang merebut harta ibuku dan aku harus merampasnya lagi! dengan cara itu mungkin Papa bisa lebih menghargaiku sebagai anaknya"
Kalimat terakhir yang Gito ucapkan terdengar sangat lirih, Aya paham bagaimana dulu Gito dan Cio selalu di perlakukan beda oleh Ayahnya.
Gito lebih cenderung di tuntut untuk berprestasi, selalu diberi patokan tinggi, sementara Cio selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau.
Hingga akhirnya Gito tumbuh jadi pribadi yang sangat keras dan Cio tumbuh dengan pribadi yang pembangkang.***
"Cewek kalau ngidam emang suka aneh-aneh ya?" tanya Cio pada Chika yang masih duduk di sampingnya.
"Mana aku tau kak, aku kan ga pernah hamil" balas Chika.
"eh iya juga yak.. tapi lu kenapa sih, dari tadi kayaknya sinis banget sama gue"
"tauk ah"
Chika masih saja terlihat dalam mood yang buruk karena sejak tadi Ara dan Shani masih betah berduaan di kamar, Tiba-tiba...
"Kak Shani.. ga mau ah.."
"ini permintaan bayi nya loh Ra, masa ga mau ngabulin, udah buka aja"
Cio dan Chika yang mendengar suara mereka dari luar langsung terdiam, mereka berdua sibuk dengan pikiran nya masing-masing.
"ya masa harus disini kak"
Chika mengepalkan tangan nya tatapan nya semakin menajam.
"gapapa Araa.. aku pengen liat, udah cepet buka"
"tapi malu.."
"Cuma kali ini aja,.."
"jelek kak keliatan nya.."
"engga, kamu cakep kok.. buka ya.."
Cio sepertinya tak tahan lagi, ia langsung melompati sofa dan membuka pintu kamar tamu yang memang berjarak tak jauh dari ruang tengah.
"kalian ngapain sih!!" Cio terlihat emosi. begitupun Chika yang kini berada di belakang Cio.
Sementara Ara dan Shani menatap bingung kearah keduanya.
"Kamu nyuruh Ara buka apaan hah?" tanya Cio.
"baju" jawab Shani dengan santainya.
"Ya Tuhan, istigfar Shani.. kamu kalau lagi pengen bisa panggil aku aja, jangan sama bocil gini, nanti anak kita kaget ditengokin sama orang ga dia kenal, mending di tengokin sama bapak nya"
Bugh..
Shani melempar bantal kearah Cio sambil menatap tajam kearahnya, ia hanya khawatir Ara berfikiran aneh karena ucapan Cio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg