Hari sudah semakin malam, sementara Ara dan Chika belum juga keluar dari kamarnya.
Shani yang sedang menyiapkan makanan menoleh kearah Cio yang tengah melamun."Kita ga bisa ninggalin mereka dengan kondisi kayak gini" ucap Shani.
Cio menganggukan kepalanya, ia jadi berfikir untuk tinggal bersama Shani di rumah ini karena ia sudah memastikan keamanan di rumah ini, setidaknya Shani bisa lebih aman dan juga ia tetap bisa mengawasi Ara dan Chika dari Gito.
"Kita emang ga bisa ninggalin mereka, Ibunya nitipin mereka berdua sama aku, bahkan semua pekerjaan kak Aya juga aku yang tangani sekarang"
Shani berjalan menghampiri Cio dan duduk di samping nya.
"mereka tau?" tanya Shani.
"Cuma Ara yang tau" Cio beranjak dari duduk nya.
"mau kemana?" tanya Shani.
"ketemu bocil, banyak hal yang harus aku bicarain sama dia"
"jangan pake emosi, bicara baik-baik, umur Ara masih dalam kondisi labil"
"oke sayang" Cio mengecup pipi Shani dengan cepat lalu berlalu pergi menuju kamar Ara.
Shani hanya bisa tersenyum, dipikiran nya saat ini mungkin jika ia sudah dinikahi oleh Cio, rasanya benar-benar seperti memiliki keluarga kecil yang sangat bahagia, tapi sepertinya ia masih harus lebih bersabar lagi untuk menunggu Cio menyatakan keseriusan nya.
Sementara Chika yang ternyata sejak tadi menguping pembicaraan Cio dan Shani terlihat tengah memikirkan banyak hal, ia sedikit kecewa ternyata hanya dia yang tak tau apa-apa di sini.
Chika membuka pintu kamarnya, terlihat Shani yang masih duduk di sofa langsung menoleh dan berjalan menghampirinya.
"Aku udah nyiapin makanan, kita makan yuk" ajak Shani tapi Chika langsung menggelengkan kepalanya.
"aku belum lapar"
"Tapi.."
Shani tak melanjutkan perkataan nya saat Chika berlalu begitu saja dan masuk ke dalam salah satu ruangan. Chika masuk kedalam kamar Aya, sudah sangat lama ia tak bertemu dengan Aya dan jauh di lubuk hatinya ia sangat merindukan Maminya itu.
ia melangkah dan duduk di kursi meja kerja Aya, masih tertumpuk beberapa berkas di sana, dan ada satu foto yang memperlihatkan Aya yang tengah di cium oleh Chika dan Christy. Chika mengusap lembut potret dua orang yang saat ini ia rindukan, ternyata kehadiran Ara masih belum cukup untuk nya.
"aku kangen banget sama kalian" Chika memeluk erat foto itu, ia benar-benar menyalurkan kerinduan yang selama ini ia tahan.
Sementara itu kini Cio dan Ara tengah duduk berdua di teras balkon, Saat Cio masuk pun ternyata Ara hanya terdiam melamun.
"gue emang salah udah ikut campur soal lo dan juga Chika, lo tau kan soal lo dan Chika yang ternyata sodara kandung?"
Ara tersenyum miring, ia sudah menduga jika Cio pasti mengira ia dan Chika adalah saudara kandung persis seperti yang di katakan Gito padanya dulu.
"bentar" ucap Ara, ia beranjak dari duduk nya lalu masuk kedalam. Cio hanya diam menunggu hingga akhir nya Ara datang membawa sebuah buku dan beberapa lembar kertas.
Cio menerimanya dan mulai mengamati satu persatu kertas yang diberikan Ara padanya.
"keterangan adobsi anak? ta..tapi kenapa disini tertera nama Chika?"
"kak Cio pasti tau aku dulu dibuang Ayah ku sendiri karena cacat, tapi sebelum itu mereka mengadobsi anak dan itu kak Chika"
"Chika tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg