23

6.2K 703 47
                                    

tak..tak..

Derap langkah kaki terdengar menggema ke seisi ruangan. tak terlihat apapun di sana, yang ada hanya ruangan gelap yang terasa mencekam.

"Ini belum seberapa Ay.."

Suara itu milik Gito, lelaki bertubuh tinggi itu menatap sosok wanita di hadapan nya.
Wanita yang sedang menunduk dengan tubuh yang terikat.

"Saudara kembarmu dan suaminya yang brengsek itu sudah cukup membuatku menderita dengan mengambil seluruh harta ayahku, dan kamu.. kamu ternyata lebih brengsek Aya, demi harta kamu nekat merebut suami kembaranmu sendiri, dan tiba-tiba merasa bersalah dan berlagak sok pahlawan dengan mendonorkan jantung anak kandungmu untuk anak nya"

Aya mengangkat kepalanya, ia menatap tajam sosok di hadapan nya itu.

"apa kamu lupa kalau anak ku mati di tangan ayah kandung nya sendiri? kalau saja kamu bisa menjaga nafsumu dari Chika mungkin anak kita masih hidup sampai sekarang"

"itu karena kamu tak pernah terus terang kalau dia anak ku!!"

Gito berteriak, bahkah ia dengan bringas menendang apapun yang ada di sekitarnya.

"kita sama-sama brengsek disini, yang berbeda hanyalah waktu, aku yang telah menderita dulu dan kamu yang harus menderita sekarang"

Gito menoleh saat pintu tiba-tiba terbuka dan munculah seorang lelaki dengan memakai hoodie berwarna hitam.

"gue udah lakuin apa yang lo mau kak, udah cukup ya.. gue cape harus sembunyi dari polisi gara-gara permintaan lo"

Bugh..

Gito memukul wajah lelaki itu, hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.

"dengan lo udah hamilin anak orang, lo itu udah jadi penjahat.. jangan sok suci deh" Gito tersenyum miring, ia kembali menatap Aya.

"kamu mau tau satu hal?" tanya Gito pada Aya, aya hanya diam, tapi tatapan nya masih menajam.

"adik ku yang bodoh itu gagal membuat Chika mati, tapi setidaknya dia hanya jadi mayat hidup yang tak bisa berbuat apa-apa sekarang"

"Brengsek!! udah aku bilang jangan pernah sentuh anak-anak ku!!"

Gita tertawa dengan puasnya, ia pergi meninggalkan Aya yang terus mengumpat untuk nya.

Aya menangis, ia khawatir dengan Chika dan Ara.

"Cio, aku tau kamu tak sejahat kakak mu, tolong aku Cio"

Cio yang masih terdiam di lantai itu hanya bisa terdiam, entah apa yang di pikirkan nya, ia hanya menatap kosong kedepan.

"Aku telah berbuat jahat, jadi aku sama seperti kakak ku"

****

"Ra.. kamu istirahat ya, aku yakin Fiony pasti baik-baik aja.

Shani mencoba menenangkan Ara yang sejak tadi terlihat gelisah, Shani hanya khawatir dengan kondisi Ara yang masih belum pulih.
Ara menggelengkan kepalanya, beberapa kali ia mencoba mengatur laju nafasnya.

Tiba-tiba dokter Yona keluar dan dengan cepat Ara langsung menghampirinya.

"gimana dok?"

"Fio lagi istirahat dulu, kamu juga ngapain disini Ra.. kamu masih perlu banyak istirahat"

"aku.."

"engga..engga.. sana masuk ke kamar kamu" dokter Yona mendorong bahu Ara.

Ara hanya bisa mendengus pasrah lalu pergi dengan harapan Fiony akan baik-baik saja.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang