51

5K 656 85
                                    

kak lo harus akhiri semuanya, lo cuma dijadikan alat balas dendam Papa

emang kenapa? gue mau balas dendam karena gue juga benci sama Dyo, lo harusnya ikut gue buat ngancurin mereka bukan buat bantu mereka

Lo itu cuma anak yang selalu di manja Papa, lo mana ngerti caranya berjuang buat dapetin apa yang lo mau! dan dengan cara ini gue bisa dapet pengakuan dari papa

Cio masih saja menangis, dirinya masih dikurung seorang diri sementara ia tak tau bagaimana nasib jasad kakak tirinya itu.

"maafin gue kak, maafin gue"

Kata-kata itu terus saja Cio ucapkan, ini adalah patah hati terberat keduanya  setelah kepergian sang ibu.

Tiba-tiba cahaya terlihat dari balik celah pintu yang perlahan terbuka.
Dan Cio hanya bisa menatap tajam lelaki yang kini berjalan dengan angkuhnya, menghampirinya dan duduk tak jauh dari tempat Cio.

"Apa kamu sudah menyerah?"

Cio tak berkata sedikitpun, sosok Ayah yang selama ini selalu memberikan apa yang ia mau kini bagaikan sesosok iblis yang sangat kejam dimatanya.

"Kamu tinggal ikuti semua permainan Papa, meneruskan semua bisnis Papa dan hidup dengan harta yang melimpah"

"anda bersikap seolah-olah semua harta akan anda bawa mati, sepeserpun aku tak sudi menerima kekayaan dengan cara haram seperti ini!" Sentak Cio, Tapi Ayahnya justru hanya menganggapi dengan gelak tawa dan terkesan meremehkan apa yang Cio ucapkan tadi.

"ayolah Cio, ini bisnis nak.. hanya pemberani yang bisa meraih puncaknya"

"cih! dasar iblis!" umpat Cio, dimatanya lelaki dihadapan nya ini bukanlah ayahnya lagi, matanya benar-benar menampakan kebencian yang mendalam.

"jika aku iblis, lalu kau apa?"

Ayahnya berjalan mendekati Cio, menepuk pelan pipi Cio dengan dengan senyuman yang membuat Cio semakin ingin memukulnya.

"jangan lupa jika darahku mengalir di tubuh kamu nak"

****

Ara menatap kosong semua makanan yang kini ada di hadapan nya, nafsu makan nya seolah telah hilang entah kemana. Kini ia dan Aya berada di sebuah rumah kecil yang cukup jauh dari keramaian.

"makan Ra, mami ga mau kamu sakit"

Dan sudah berkali-kali juga Aya membujuk nya tapi tetap aja berujung dengan Ara yang hanya menggelengkan kepalanya.

"aku bahkan ga tau kak Chika udah makan atau belum disana"

Aya menghela nafasnya, mungkin saat ini separuh hidup Ara ada pada Chika hingga Ara bisa selemah ini tanpa Chika.

Aya meraih wajah Ara, menatap dalam bola mata gadis berusia 17 tahun itu, tatapan kosong nya menyiratkan luka yang teramat dalam.

"dengerin Mami.. cuma kamu yang bisa bawa Chika pulang, tapi itu ga mungkin terjadi kalau kamu selemah ini, mami sayang kalian berdua, mami juga sama sakitnya dan ga bisa berhenti mikirin nasib kakak kamu disana, kalau kamu mau bebasin Chika, kamu harus kuat dulu.."

Ara memeluk tubuh Aya dengan erat dan ini pertama kalinya Aya melihat Ara menangis tersedu-sedu seperti ini. Dari kecil ia sangat tahu Ara seperti apa, gadis yang terlahir serba kekurangan, harus bertahan hidup dengan satu tangan dan kondisi jantung yang sangat lemah.

Tapi ia tak pernah melihat Ara serapuh ini, selama hidupnya mungkin ia hanya bisa merasakan cinta dari seorang Yessica hingga hidupnya sangat terikat oleh Chika.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang