50

5.2K 655 44
                                    

"Kenapa sih dari tadi gue perhatiin lu lebih banyak diem?"

Ara hanya tersenyum tipis melihat Mira yang terlihat khawatir menatapnya.

"eh bentar deh" Mira menahan bahu Ara agar Ara tak melanjutkan langkahnya.

"luka dipipi lo ini bukan karena si peneror itu kan?"

Ara memaksakan senyum nya, sahabatnya ini memang sangat peka, walaupun ia sudah meyakinkan Mira jika luka nya itu karena terjatuh tapi Mira tetap saja tak percaya.

"gue cuma jatoh Miraaa.."

Ara merangkul tubuh Mira lalu kembali berjalan menuju gerbang.

"awas aja ya kalau lo bohong!"

Ara tersenyum tengil lalu menganggukan kepalanya.
Langkah Ara terhenti saat sebuah mobil berhenti di depan nya.

"masuk" ucap seseorang bertopi hitam tanpa menoleh kearah Ara.

"Jangan Ra" bisik Mira

Tapi entah kenapa Ara penasaran dengan orang itu.
Ara melepaskan rangkulan tangan nya di tubuh Mira.
Mira menahan tangan Ara, ia tau senekat apa Ara sejak dulu dan tentu Ara pasti lebih mengikuti rasa penasaran nya.

"Ra!"

"gue harus tau mau dia apa, sekarang lo pulang, jagain Bunda dan yang lain,  sekarang yang benci gue banyak Mir, gue ga mau lo juga kena"

"Tapi Ra.."

Mira tak melanjutkan ucapan nya larena Ara langsung saja masuk kedalam mobil itu dan mobil itu pun langsung melaju begitu saja.

Orang misterius itu masih fokus pada kemudinya. Ara sejak tadi memperhatikan nya tapi ia sama sekali sulit untuk melihat siapa orang dibalik hoodie dan topi serba hitam itu.

Sadar sejak tadi di perhatikan, orang itu langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan.

Ara semakin di buat bingung, sosok di hadapan nya ini terus menghela nafasnya berkali-kali seperti hendak mengucapkan sesuatu yang penting padanya.

"sebenarnya kamu siapa?" tanya Ara.

Perlahan orang itu membuka topi dan hoodie nya dan respon pertama yang Ara tunjukan hanya terpaku dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Ma..mami"

Ya, orang itu adalah Aya.
Ia tersenyum haru menatap Ara yang susah lama sekali tak ia lihat.

Ara langsung memeluk tubuh Aya dan Aya tentu menyambut hangat pelukan itu menyalurkan kerinduan yang sudah cukup lama mereka tahan.

"Maafin Ara Mi, Ara ga bisa bantu Mami lolos dari om Gito"

Aya mengangguk, di tengah isak tangis nya ia semakin mengeratkan pelukan nya di tubuh anak angkat nya itu. Hatinya teriris melihat Ara yang masih berusia semuda ini harus menghadapi banyak masalah di hidupnya.

Aya melepaskan pelukan nya, menghapus air mata Ara dan tetap berusaha tersenyum agar Ara tak semakin mengkhawatirkan nya.

"Sekarang kamu ikut Mami ya, mami janji akan buat kamu aman"

"kak Chika juga kan?"

Aya tak menjawab pertanyaan Ara, ia hanya menggelengkan kepalanya dan itu tentu membuat Ara terlihat bingung.

"aku ga bisa pergi tanpa kak Chika!" tegas Ara.

"Chika ga aman Ra, kita harus cepet-cepet pergi dari sini"

"kalau Mami tau kak Chika ga aman terus kenapa Mami ga bawa kak Chika juga!"

"Chika di bawa Harlan, dia Ayah kandung Cio, otak dari semua kejahatan yang dilakukan Gito selama ini, teror yang kamu dapat akhir-akhir ini juga siasat dia supaya kamu hanya fokus pada masalah itu dan lengah untuk menjaga Chika, incaran mereka adalah Chika Ra, berkas harta ayah kamu udah ada di tangan Harlan, tinggal dapat tanda tangan Chika maka semua harta kekayaan peninggalan orang tua kalian akan jadi milik dia"

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang