40

5.7K 676 104
                                    

Ara melihat ke arah jam, ini masih sangat pagi untuk nya pergi kesekolah tapi sepertinya Ara sudah siap untuk berangkat.

Ara menghentikan langkah nya saat melihat pintu kamar Chika, entah apa yang membuatnya seolah tertarik untuk melihat ke dalam.

Dengar perlahan Ara membuka pintu kamar Chika, rupanya Chika masih terlelap, tentu saja.. karena ini masih sangat pagi untuk memulai aktifitas.
Pandangan Ara langsung tertuju pada kaki Chika, ia bisa melihat bekas jahitan yang masih terlihat jelas di kaki Chika.

"kok perban nya udah di buka sih" gumam Ara.

Ara mengedarkan pandangan nya seperti sedang mencari sesuatu. Ia tersenyum saat melihat sebuah kotak P3k di atas meja.

Dengan perlahan Ara kembali membalut kaki Chika dengan perban, ia hanya khawatir luka nya akan kembali terbuka jika tak terlindungi perban. Beberapa kali Chika sedikit terusik tapi Ara yang membalut kaki Chika dengan sangat lembut tak sampai membuat Chika terbangun.

"cepet sembuh" ucap Ara saat ia memperhatikan wajah Chika yang terlelap.

Cup..

Ara mengecup kening Chika cukup lama sebelum akhir nya ia pergi.

****

Bukan karena kebetulan Ara berangkat pagi, tapi tujuan utama nya adalah makam Fiony.
Ia sengaja datang ke makam Fiony sendirian sepagi ini.
Walaupun hanya lewat batu nisan tapi setidaknya Ara berfikir jika ia ingin Fiony merasakan kehadiran nya.

Ara kembali mengelurakan beberapa bangau kertas yang sudah ada di dalam sebuah toples lalu menyimpan nya di samping batu nisan Fiony.

"aku bawa bangau-bangau ini lagi Fio, tapi bedanya sekarang tanpa harapan apapun" Ara tersenyum kecil, jarinya yang lentik mengusap pelan deretan nama sahabatnya itu.

Tak jauh dari sana, Shani tengah berjalan menuju makam Fiony juga.
Keningnya berkerut melihat Ara yang datang sepagi ini.

"Ra.." sapanya saat sudah berada di dekat Ara.

Ara menoleh dan hanya tersenyum tipis pada Shani.
Shani berjongkok menyimpan buket bunga di makam Fiony, ia melihat sekilas ke arah toples bangau kertas dari Ara tadi.

"Datang ke makam sepagi ini, apa Chika tau?" tanya Shani, Ara langsung saja menggelengkan kepalanya.

"Ra.. kamu boleh sedih, tapi kamu harus pikirin juga orang-orang yang khawatir liat kamu kayak gini, terutama Chika"

Ara terdiam, sepertinya apa yang di katakan Shani benar, ia terlalu larut dalam kesedihan nya sampai-sampai melupakan orang-orang di sekitarnya terutama Chika.

"Kak aku pulang dulu ya" Ara langsung bergegas pergi tanpa menunggu jawaban Shani.

"Ehh kok pulang, lah dia ga sekolah? duh salah ngasih nasehat nih aku"

****

Chika terbangun dari tidurnya, ia melihat kearah jam yang menunjukan pukul 6.30 pagi.

"Duh kesiangan"

Chika terlihat bingung saat hendak turun dan melihat luka kakinya yang terbalut perban.

Dengan segera ia meraih tongkat nya dan berjalan keluar.
Chika mengedarkan pandangan nya ke seisi rumah yang terlihat sepi.
Apalagi Mira sudah tak menginap di rumah nya, suasana di sini sangat tak enak menurut Chika.

Chika menghela nafasnya, ia ingin pergi ke kemar Ara tapi ia masih belum bisa menaiki tangga.

"Pagi non" sapa Pak Maman salah satu satpam dirumah nya yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa secangkir kopi.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang