"Makasih suster" ucap Ara kepada seorang perawat yang mengantarkan nya ke taman rumah sakit.
Ara sedikit tertatih untuk berdiri dan duduk di kursi taman, Taman di pagi ini terasa sepi dan Ara sangat menyukai suasana seperti ini.
Pandangan Ara beralih pada kaki yang melangkah tepat di hadapan nya. perlahan ia mendongkak dan menatap lurus pada seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan topi yang nyaris menutupi kedua matanya.
Rahang Ara mengeras, ia tau betul siapa lelaki di hadapan nya ini.
"saya merasa sia-sia sudah memberitahu kamu siapa kamu sebenarnya, kamu harusnya sadar kalau kamu itu di buang"
Ara berdiri lalu mencengkram krah baju lelaki itu, tak peduli pada tubuhnya yang masih terasa lemas, saat ini ingin rasanya ia mematahkan leher lelaki dihadapan nya ini.
"lo satu-satunya orang yang brengsek disini, lo pikir gue akan bantu lo setelah lo buat hidup kakak gue hancur!
Lelaki itu tak melawan sedikitpun ia justru tertawa dengan renyah nya dan itu semakin membuat Ara merasa jijik.
"Sebelum kamu melawan saya, kamu harus tau dulu siapa yang ngebuat Ibu kandung kamu mati"
"Maksud lo apa hah!!"
Lelaki itu langsung mendorong tubuh Ara hingga terjatuh, lalu pergi begitu saja.
Sementara itu Chika yang baru saja datang terlihat kebingungan saat Ara tak ada dikamarnya.
Memang setelah mengetahui jantung Christy ada di dalam tubuh Ara membuat Chika sangat protektif pada adiknya itu, entahlah.. Chika hanya selalu merasa khawatir pada Ara."Araa.. Ya Tuhan, dari mana sih!"
Ara yang baru datang dengan kondisi yang masih merasa emosi hanya diam tanpa menghiraukan Chika di hadapan nya.
"Ra.."
Ara masih tak menggubrisnya. ia kembali naik keatas kasur dan tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Kamu kenapa?" kali ini nada Chika kembali lembut pada Ara, ia sadar jika Ara sedang dalam keadaan tak baik-baik saja.
"hey..." Chika sedikit mengguncang tubuh Ara namun langsung di tepisnya.
"Apa sih!"
Dibentak seperti itu membuat Chika langsung terdiam, ia sama sekali tak mengerti dengan perubahan sikap Ara yang sangat drastis.
Chika mengusap air matanya yang langsung terjatuh, bentakan adalah kelemahan Chika terlebih lagi jika di bentak oleh orang yang sangat disayanginya, seperti Ara.
Hiks..
Di balik selimut Ara menghela nafasnya saat mendengar Chika menangis, rasa bersalah kini tengah menyelimutinya.
Ara membuka selimutnya lalu bangun dan bersandar di kepala ranjang, sedangkan Chika kini tengah memalingkan wajahnya, ia tak ingin Ara melihat wajahnya saat menangis.
"Maaf.." ucap Ara, kini ia bisa lebih tenang dari sebelum nya.
"aku ga bisa di bentak tau.." Chika kembali menangis tapi wajahnya masih tak mau melihat kearah Ara.
Ara tersenyum tipis, disaat seperti ini kakak nya itu terlihat seperti seorang anak kecil.Ara meraih tangan Chika lalu memukulkan nya pada kakinya.
"uugh adeknya nakal nih udah bikin kakak nya nangis, uugh..uugh.."
Ara terus saja memukulkan tangan Chika pada tubuhnya.
"udah iih, apa-apan sih"
Akhirnya Chika mau menatap nya dan bisa Ara lihat pipi Chika yang sudah sangat basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg