Ara memandang infus yang menancap di tangan kanan nya, ia ingin keluar dari sini tapi tubuhnya benar-benar lemah.
"kak Chika nyariin aku ga ya?" Ara bergumam sendiri, sejujurnya ia sangat merindukan Chika saat ini.
Shani membuka pintu, ia tersenyum kearah Ara lalu meletakan sekantung buah-buahan di atas nakas.
"Mau buah ga?" tanya Shani, Ara hanya menggelengkan kepala nya lemah.
"kak Shani aja, buat dedek yang ada di situ" tunjuk Ara pada perut Shani yang masih rata itu.
Shani tertawa, bocah di hadapan nya itu memang terlihat sangat memperhatikan nya dibandingkan dirinya sendiri.
"coba kalau kamu laki-laki Ra.. aku mending nikah sama kamu aja"
"dih.. emang aku ga mau?"
Shani kembali tertawa, bocah tengilnya ini ternyata bisa membawa warna baru untuk Shani, pasalnya Shani gadis yang pendiam dan jarang bisa berinteraksi senyaman ini selain dengan kekasihnya.
****
bip..bip..bip..
Suara alat-alat medis yang terpasang di tubuh Chika terdengar jelas dari ruangan yang sunyi ini.
Bunda, Mira dan Fiony hanya terdiam dengan pikiran nya masing-masing."Sedih Bunda liatnya, anak semanis Chika ko kayak terlantar gitu, ga ada keluarganya satu pun, Ara juga belum tau ada dimana"
Mira memeluk erat tubuh Bundanya, mencoba memberikan ketenangan disana, walaupun pikirannya saat ini pun sama.
Fiony tak tahan lagi, ia langsung keluar dengan tujuan ke ruang inap Ara, ia tak peduli kondisi Ara seperti apa, yang ia tau saat ini Chika sangat membutuhkan Ara. bahkan mungkin sebaliknya.
Fiony langsung membuka pintu saat tiba di depan kamar Ara, ia melihat Ara yang tengah di suapi oleh Shani, ya sejauh ini Shani lah yang merawat Ara.
"Ada apa Fio?" tanya Shani.
"ada orang yang mau ketemu kamu Ra.." ucap Fiony.
"Siapa?"
Fiony tak menjawab, pandangan nya tertuju pada sebuah kursi roda.
"Ayo, aku tunjukin dimana orang itu"
Shani yang paham maksud Fiony langsung menatap nya tajam, menurutnya bukan waktu yang tepat untuk Ara tau kondisi Chika.
"Fio!"
"Apa sih Ci? dia harus tau"
"kamu harus liat dulu dong situasinya"
"kalian kenapa sih?"
Shani dan Fiony langsung saja terdiam, tapi mereka masih saling menatap tajam.
"Ya udah, kita ketemu orang itu" ucap Ara
"Tapi Ra.."
"aku gapapa kok kak"
Fiony tersenyum menang, ia membantu Ara untuk menaiki kursi rodanya, lalu mendorong kursi roda itu diikuti oleh Shani dibelakang nya.
Selama Fiony mendorong kursi rodanya saat itu pula jantung Ara berulah, sesekali ala menekan pelan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
Shani menahan kursi roda Ara saat sudah ada di depan pintu kamar Chika, ia berjongkok dan menatap dalam bola mata Ara. Ara hanya mengerutkan kening nya, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
"Janji sama kakak, boleh?" pinta Shani. seolah terhipnotis, Ara hanya mengangguk tanpa berkata sepatah katapun.
"Apapun yang kamu liat nanti, kamu harus kuat, kalau kamu ga mau, kita ga perlu ketemu orang itu" ucap Shani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanficAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg