"Ra.."
"iya Mi.."
Ara yang sedang menonton televisi langsung menoleh kearah Aya yang baru saja datang dengan sebuah map di tangan nya.
"ini nih data sekolah baru kamu, sekolah nya bagus loh"
Ara langsung terdiam lalu membuka map yang tadi diberikan Aya, ia menggigit bibir bawahnya, hal yang biasa dilakukan Ara saat merasa bingung.
"Mi.. apa ga sebaiknya Ara sekolah di sini aja? kan tanggung Mi.. kalau kuliah boleh deh Ara di Bandung"
"Loh kamu kan waktu itu udah setuju sayang, lagi pula menurut mami, lebih cepat lebih baik"
Ara menunduk lesu, ia paling tak bisa membantah Aya karena menurutnya Aya sudah sangat berperan penting selama hidupnya.
"Ya udah mami ke kamar dulu ya, mau ganti baju"
Ara hanya mengangguk dengan senyuman tipis, sebelum akhirnya ia merebahkan tubuhnya di sofa dan menutup wajahnya dengan map tadi.
"lelah hati ini meyakinkan mu... eh"
Ara menghentikan nyanyian nya saat tiba-tiba wajah Chika ada di hadapan nya.
"meyakinkan siapa?"
Ara bangun dan langsung merubah posisi nya jadi menghadap kearah Chika.
"meyakinkan kakak buat nikah sama aku, yuk"
"mulai deh.."
"iya emang mulai sayang sama kamu"
Bugh...
"Gusti..." Ara terpental kebelakang saat wajahnya dipukul Chika menggunakan bantal.
"Sakit ih.."
"Masa gitu doang sakit, ucap Chika namun tangan nya mengelus-elus kepala Ara.
"mau di coba? nih.."
"eeh jangan, ish ambekan deh"
Ara hanya mendengus kesal. Mata Chika tertuju pada map yang tadi menutupi wajah Ara, ia meraih map itu dan membukanya, dari situ ia paham kenapa Ara terlihat murung tadi.
"Mami minta cepet-cepet pindah ya?"
Ara hanya mengangguk tanpa berkata sepatah katapun.
"hhh... ga tau deh, ikutin aja aku mah"
Ara menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, Chika pun ikut melakukan hal yang sama di sebelahnya.
tangan Chika beralih menggenggam tangan Ara, Ara hanya melihat sekilas lalu ikut menggenggam erat jemari Chika.tak..tak..
Dengan cepat keduanya saling melepaskan genggaman tangan nya saat mendengar suara sepatu Aya.
"Mami mau kemana lagi?" tanya Chika.
"aduh maaf ya sayang, Mami ada urusan mendadak, harus keluar kota"
Aya terlihat terburu-buru, ia pergi setelah menciumi kening Chika dan Ara.
"padahal baru pulang loh itu"
"udah biasa" sahut Chika yang memang sudah terbiasa dengan segala kesibukan Aya.
"berarti dulu kakak selalu sendirian dong di rumah?"
Chika hanya mengangguk tapi matanya fokus pada televisi.
"engga bosen?"
"engga"
"oh iya, udah biasa ya sendirian, aku sih ga biasa"
Chika tersentak, ia menoleh kearah Ara yang saat ini juga tengah fokus menatap layar televisi.
Ia merutuki kebodohan nya yang tak sadar jika Ara terbiasa hidup ramai di panti dan pasti akan sangat membosankan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg