"Makasih Ara.."
Ara hanya tersenyum, perempuan bermata sipit di hadapan nya ini akhirnya bisa mengerti dan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri setelah Ara menceritakan semua masa lalunya, Ara hanya sebagian kecil dari banyak nya anak yang tak beruntung karena tak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan Ara terus meyakinkannya untuk bertahan demi anak di dalam perutnya yang tak memiliki dosa apapun.
"udah malem, kamu nginep di kosan ku aja"
Ara melirik jam tangan nya, ini sudah pukul 11 malam dan jika ia pulang pun mungkin chika sudah tertidur.
"gapapa kak?"
"aku yang nawarin, ngapain masih nanya gitu"
"iya juga yak" Ara tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya.
"ya udah yuk masuk"
Perempuan itu membuka pintu kosan nya, Ara hanya mengikutinya dari belakang.
Kamarnya tidak terlalu luas tapi tidak pula sempit, namun satu hal yang membuat Ara takjub adalah kamarnya yang sangat bersih dan rapi.
"kamu bersih-bersih dulu gih , ini handuk sama bajunya"
"oke makasih kak.., eh aku belum tau nama kakak"
"Shani.."
"oke kakak cantik" ucap Ara dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
Shani hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia duduk bersandar pada sebuah kursi, pikiran nya kembali pada kejadian yang menimpanya hari ini, terlebih lagi saat ia memandang sebuah fotonya bersama kekasihnya yang tersimpan rapi diatas meja belajar.
Shani mengusap perutnya, ia hampir melakukan hal bodoh yang bisa merenggut janin di dalam kandungan nya.
setidaknya kakak masih bisa berbuat baik, dengan membiarkan anak ini ga bernasib sama seperti aku
"anak yang kuat" gumam Shani.
****
"Mira.. bangun nak..bangun"
"ngh.. apa Bunda? udah pagi ya?"
Dengan wajah yang masih mengantuk Mira menyipitkan matanya mencoba melihat jam didinding kamarnya.
"Chika kecelakaan Mira, ayok anter Bunda ke rumah sakit"
"Hah? bunda ngigau ya?"
"engga, tadi polisi telepon Bunda katanya Maminya ga bisa di hubungi, jadi mereka hubungi Bunda"
"i..iya..iya, Mira cuci muka dulu"
"kelamaan, kamu cari kendaraan cepet.. Bunda khawatir banget"
Mira terlihat ikut panik, sementara Bundanya sudah menangis, ia bingung harus cari kendaraan bagaimana malam-malam begini.
Terlintas sebuah ide di otak nya.
Dengan cepat ia berlari menuju rumah Fiony, ia berharap Fiony belum tidur saat ini.Dan benar saja, Fiony masih terjaga sampai saat ini. Ia memang tipe orang yang selalu memikirkan masalah dengan sangat keras, semua kejadian yang di alaminya hari ini tak bisa lepas begitu saja di benak nya.
"Fiony!! bangun Fio, gue butuh bantuan Lo"
Fiony dengan cepat membuka tirai jendela kamarnya, ia terkejut melihat Mira yang sedang kewalahan di hadang oleh dua penjaga rumah nya.
Tanpa banyak berfikir, Fiony berlari keluar untuk menemui Mira.
"Jangan di tahan pak, dia teman saya" ucap Fiony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg