Chika berteriak histeris, tapi Ayah Cio langsung tertawa.
"Semesta sedang mendukungku ternyata, pewaris tunggal semua kekayaan Dyo datang dengan sendirinya, mau jadi pahlawan untuk kakak mu ya?"
Ayah Cio menjambak rambut Ara, Ara terlihat merintih tapi ia tak menampakan ketakutan sedikitpun.
"Ayah!! sadar yah! tolong berhenti!" Cio berteriak, jauh di dalam hatinya ia ingin Ayahnya sadar dengan semua kejahatan nya.
"Ayok, cepat tanda tangan surat ini!"
"Tunggu!"
Shani berjalan menghampiri Ara.
Plaak!!
Chika memejamkan matanya saat melihat Shani menampar Ara.
"Kamu orang yang selalu mencampakan Fiony, bahkan saat dengan ku hanya nama kamu yang dia sebut"
"mencintai sepupu sendiri?, kamu ternyata lebih buruk dari aku kak" Ara tersenyum sinis dan tentu itu semakin memancing emosi Shani.
"Aku memang buruk, bahkan mungkin lebih buruk dari yang kamu bayangkan, aku muak dengan semua cerita Fiony tentang kamu, saat itu aku harus berakting bunuh diri untuk dekat dengan kamu, aku hanya ingin tau apa yang membuat Fiony sesuka itu pada orang seperti kamu, tapi kamu yang telah membunyai Chika tetap serakah dan selalu memberikan harapan untuk Fiony, jadi aku pikir.. lebih baik Fiony mati saja"
Ara menatap tajam Shani, tangan nya mengepal kuat.
"kamu membunuh Fiony?!" geram Ara.
"jika aku ga bisa mendapatkan nya, maka tak akan ada satupun yang bisa mendapatkan nya" ucap Shani.
"Jadi, apa kita sudah bisa masuk ke intinya?" tanya Ayah Cio.
Shani masih terdiam menatap tajam Ara.
"Sudah tak ada waktu lagi, tanda tangani atau pisau itu akan menyayat leher kakak mu itu" ucap Ayah Cio.
Ara menoleh, Chika tengah di tahan dengan pisau yang sudah berada dekat dengan lehernya.
"Jangan tanda tangan Ra, aku bakalan baik-baik aja" sahut Chika.
Posisi Ara benar-benar tersudut saat ini. mungkin harta bukanlah segalanya untuk Ara tapi ia hanya tak yakin jika ia menandatangi surat ini maka ia dan yang lain nya akan selamat, Ara yakin orang-orang jahat ini pasti tak akan membiarkan dirinya hidup.
"Ayok!!" bentak Ayah Cio.
Dengan tangan yang sedikit bergetar Ara meraih pulpen itu.
Chika hanya bisa memejamkan matanya sedangkan Cio sudah tak bisa berkutik lagi, dengan kedua bola matanya ia melihat jelas sikap kejam ayahnya hanya karena sebuah harta.Ara menarik nafas dalam, ia menekan pulpen itu pada kertas perjanjian yang kini ada di hadapan nya.
Bugh..
Sebuah bola meluncur menghantam wajah Ayah Cio hingga hidung nya berdarah.
"Mira!" Teriak Chika.
Seolah diberi kekuatan saat melihat Mira menendang bola yang menghantam wajah musuhnya, Chika menginjak kaki orang yang menyekapnya, lalu mengambil alih pisau dari tangan orang itu.
"Serang goblok!" teriak Ayah Cio pada para anak buahnya, tapi seketika semua anak buah nya berteriak kesakitan kecuali Shani dan satu orang yang tadi membawa Ara.
Orang itu melepas maskernya dan tersenyum."Putra!" Cio terlihat kaget.
"semua anak buah mu mati tersengat listrik dari jam tangan yang mereka pakai dan tentunya aku yang membuat itu semua saat menyamar sebagai anak buahmu, dan kamu bukan apa-apa tanpa mereka" ucap Putra dengan gaya tengil ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg