47

5.3K 711 72
                                    

"sampai..."

Cio menghentikan mobilnya saat sudah sampai di rumah Ara, tapi Ara hanya diam dengan tatapan kosong nya dan itu jelas membuat Cio menatap bingung kearah nya.

"lu kenapa? ada yang gangguin lo, bilang sama gue"

Ara hanya menoleh sekilas pada Cio.

"engga kak"  Ara hendak keluar tapi Cio menahan bahunya.

"Beneran? Ra gue harus bener-bener ngejaga lo, lo tau kan kak Gito gimana? jadi lo harus cerita kalau ada hal yang mencurigakan ke gue"

"iya kak" Ara hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya ia benar-benar keluar.

"assalamu'alaikum" ucap Ara saat ia membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam" Shani yang sedang berkutat pada laptop nya di ruang tamu langsung menoleh dan menghampiri Ara.

"kamu belum makan siang kan, aku udah buatin makanan, udah bersih-bersih langsung makan ya"

"nanti aja kak, aku belum laper?"

"kenapa? kamu sakit.."

Shani tersentak saat Ara menjauhkan tubuhnya ketika ia ingin menyentuh kening Ara.

"aku ke kamar dulu"

Shani yang masih terdiam hanya bisa melihat Ara berjalan menuju kamarnya, ia merasa ada yang aneh dari sikap Ara.

"kenapa bengong?" tanya Cio yang baru saja datang menghampiri Shani.

"Ara kenapa?" tanya Shani.

"dia agak aneh tadi, tapi aku tanya kenapa bilang nya gapapa, mungkin kecapean"

"ya semoga deh cuma kecapean.. kamu bersih-bersih gih, aku udah masak"  ucap Shani sambil membetulkan letak krah kemeja Cio.

"oke bos, yuk kamu juga makan"

"aku udah tadi, sekarang lagi ngerjain kerjaan dulu"

Cio terdiam memperhatikan Shani, sedikit menyelipkan rambut Shani di telinganya.

"Jangan cape-cape, inget kandungan kamu sayang"

Shani tersenyum, Suara lembut Cio selalu bisa menyejukan hatinya, perlakuan manis sekecil apapun yang di lakukan Cio sangat bisa membuat tenang pikiran nya.

"iya.. besok aku ke dokter, kamu mau ikut?"

Cio menganggukan kepalanya.

"iya dong, aku harus liat perkembangan anak aku"

Shani memeluk Cio begitu saja, rasanya seperti ia merindukan Cio padahal setiap hari Shani melihat lelaki ini tapi rasanya selalu merindukan kekasihnya dimanapun dan kapanpun.

"aku selalu merasa benar-benar jadi istri kamu kalau kamu semanis ini"

Cio langsung terpaku, ia kembali teringat undangan Ayah Shani nanti malam. Mungkin memang ia harus segera menikahi Shani, mengingat perut Shani akan semakin membesar tapi bagaimana dengan kehidupan mereka nanti dengan keadaan Cio yang seperti ini.

****

Sejak masuk kedalam kamar nya, Ara hanya terdiam memandang dua bangau kertas yang sudah koyak.
dipikiran nya bukan rasa takut, tapi siapa dalang dibalik semua teror yang di terimanya, sedangkan orang yang tau Fiony dan dirinya bersahabat hanya orang-orang terdekat nya saat ini.

"kalau memang aku banyak nyakitin kamu saat kamu masih hidup, aku rela dihukum atas itu Fiony"

Ara beranjak, ia berjalan menuju balkon dan duduk di lantai bersandar pada tembok, Ara memeluk erat bagau kertas itu dan menangis, entah kenapa dunia seakan-akan sangat membencinya.
Jika ditanya lelah, jelas Ara sudah sangat lelah di terpa masalah yang tak pernah ada habis nya.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang