15

7K 705 22
                                    

Tap..

Chika menutup buku harian nya.
Dipikiran nya saat ini hanya satu nama, nama yang selalu bisa membuat nya bahagia dan sedih secara bersamaan.

Chika berjalan kearah balkon, udara malam ini terasa lebih dingin dari kemarin, bahkan saat ia membuka pintu, angin langsung terasa membelai wajahnya.

Matanya menoleh kearah samping, balkon kamar Ara yang kosong, tentu saja dengan udara sedingin ini rasanya tak mungkin ada orang yang lebih memilih diam di luar kecuali dirinya. Chika sangat menyukai angin, hembusan nya bisa membuat pikiran nya menjadi tenang.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara dari arah balkon kamar Ara dan itu membuat Chika langsung menoleh kearahnya.

"Hoaam... dingin euy"

Ternyata Ara keluar dengan sesekali menguap, ia memakai hoodie berwarna abu yang cukup besar di tubuh mungil nya.
Senyuman Chika mengembang saat melihat sosok yang sejak tadi mengganggu pikiran nya ini, terlebih lagi pakaian Ara yang kebesaran semakin membuatnya gemas.

Chika terus memperhatikan Ara sambil menopang dagunya dan terus tersenyum melihat tingkah menggemaskan Ara yang saat ini sedang bermonolog sambil menebak-nebak rasi bintang yang ada di langit malam ini.

"orion eta.. haha.. bener kan" pekik Ara kegirangan saat ia sepertinya mencari info di hanphone nya tentang rasi bintang yang tengah ia lihat saat ini.

Pada matamu yang basah
Air mata bagai rangkaian bintang
Dan seperti rasi bintang orion
Kita berdua 'kan menjadi abadi

Ara menoleh pada Chika saat Chika menyanyikan sebait lagu.

"eh, kak Chika" ucap Ara lalu berjalan mendekati balkon Chika dan mengangkat sebelah kakinya.

"eeh mau ngapain?"

"mau kesitu" tunjuk Ara.

"Jangan lewat situ, bahaya"

"ini mah tinggal loncat juga bisa, deket nih liat"

"Araa!!"

Ara tersenyum tengil saat sudah ada di hadapan Chika yang langsung pucat melihat tingkah laku adiknya itu.

"Aman kan?" ucap Ara.

"iya lagi beruntung, kalau lagi apes gimana, pokoknya jangan di ulangi lagi!"

"iya..iya.. mami Yessica"

"Kok Mami sih?"

"bawel nya kayak ibu-ibu" ucap Ara

lalu berlari masuk ke kamar Chika.
Chika hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu ikut masuk, tak lupa mengunci pintu balkon nya.

"Aku mau liat bintang" ucap Ara.

Chika mengangguk lalu mematikan lampu kamarnya.

"Selalu suka deh aku disini" ucap Ara.

"Ya udah, sekamar aja terus sama aku"

Ara langsung terdiam, dalam hatinya ia merutuki perkataan nya tadi karena langsung teringat malam dimana Chika mencium nya.

Chika duduk di kursi belajarnya sambil memetik asal dawai gitar yang saat ini di peluk nya.

Senyum Ara terukir tanpa Chika sadar. ke kaguman nya pada sosok wanita di hadapan nya ini semakin meningkat, Chika anak yang sangat pintar di sekolah, punya suara yang bagus dan bisa beberapa alat musik.

Ara mendekati Chika lalu duduk di depan sebuah piano, bukan untuk dimainkan melainkan ia hanya ingin memandang Chika dari jarak yang dekat.

Chika menghentikan permainan nya saat kedua mata mereka bertemu, di situasi seperti ini entah kenapa terselip rasa bahagia sekaligus sedih di hati mereka masing-masing.

Pelangi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang