Semilir angin sore itu terasa berbeda, kesejukan nya seolah menggiring sendu yang saat ini menumpuk di hati seorang Ara.
Entah sudah berapa kali ia menghela nafas berat nya, tapi sesak di dadanya masih saja tak kunjung mereda.
Tatapan nya berubah sayu saat beberapa hal terlintas di benak nya."Tumben kesini engga sama Chika"
Ara menoleh dan terlihatlah ibu panti yang sekarang sudah duduk di samping nya.
Ara tak berbicara apa-apa, ia hanya memeluk tubuh wanita yang selalu ia panggil Bunda itu."Mereka memperlakukan kamu dengan tidak baik?"
Dengan cepat Ara menggelengkan kepalanya.
"Mereka semua sayang Ara Bund"
Ara mendongkakan kepalanya saat bundanya itu mengangkat wajah Ara untuk menatap nya.
"Bunda rawat Ara dari kecil, dan Bunda tau kapan kamu terlihat bahagia dan kapan kamu terlihat sedih"
Ara melepas pelukan nya dan kembali menatap ke depan, perkataan bundanya itu memang selalu tepat sasaran.
"Chika belum tau siapa kamu?"
Ara hanya menanggapi nya dengan menganggukan kepala, baginya ini sulit, lebih tepatnya perasaan mereka yang membuatnya semakin sulit."salah ga sih Bund kalau Ara sayang kak Chika?" kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"engga dong, kalian kan kakak adek"
tapi lebih dari itu..
Ara bergumam dalam hatinya, tak mungkin ia berterus terang jika ia dan Chika punya perasaan yang lebih dari sekedar saudara.
"Bunda.. ada kak Chika di depan" ucap seorang anak laki-laki yang baru saja datang.
Tanpa sadar Ara menghela nafas berat nya saat mendengar nama Chika dan itu tentu disadari oleh Bundanya.
Ibu panti langsung pergi menemui Chika, ia yakin kedatangan nya untuk menjemput Ara tapi ia lebih memilih membiarkan Ara dulu tanpa memintanya ikut menemui Chika.
Chika tersenyum dan langsung menyalami tangan ibu panti.
"udah lama?"
"engga kok Bund, Chika baru datang, oh iya Ara ada disini Bund?"
"Loh Ara ga bilang kalau kesini?"
Chika hanya mengangguk dan semakin jelas kecurigaan ibu panti kalau dua anak ini sedang ada masalah.
"Ara ada di belakang, mau ibu panggilkan"
Belum sempat Chika menjawab, Ara sudah datang menghmpiri keduanya.
"Bun, Ara pamit ya" ucap Ara lalu mencium tangan ibu panti dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Chika.
"Chika juga ya Bun" Chika pun ikut mencium tangan ibu panti.
"Hati-hati ya, titip Ara.. dia terkadang bisa sangat sensitif" ucap Ibu panti.
Chika hanya mengangguk lalu pergi dengan cepat untuk menyusul Ara.
"Ke panti kok ga bilang?" tanya Chika saat keduanya sudah berada di dalam mobil.
"maaf" hanya itu yang di ucapkan Ara tapi pandangan nya hanya tertuju pada jendela samping mobil.
"kamu sakit?" Chika menyentuh kening Ara.
"fokus nyetir kak"
Chika hanya bisa pasrah dengan sikap dingin Ara, ia bingung harus berbuat seperti apa sekarang.
Setelah cukup lama hanya saling fokus pada diri sendiri, Chika menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"yuk.." ajak Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg