Ara terdiam menatap dirinya di depan cermin.
Ujian anak kelas 3 sudah selesai dan hari ini Ara akan kembali bersekolah tapi, tangan nya masih belum juga selesai di perbaiki."anak-anak di sekolah bakal takut ga ya kalau liat aku cuma punya satu tangan gini" gumam nya.
Pandangan Ara teralih pada beberapa kertas berwarna di atas meja belajarnya. Ia menghela nafas berat, dengan tangan nya yang hanya satu, ia jadi tak pernah lagi membuat bangau-bangau kertas untuk Fiony. Bahkan ia pun belum sempat menjenguk Fiony setelah insiden penembakan itu.
"Maaf ya Fio, aku janji kalau tangan aku udah bener lagi, aku langsung buatin kamu bangau kertas yang banyak" ucapnya, bagaimanapun juga Fiony adalah salah satu orang yang selalu memberinya semangat dulu, ia hanya ingin melakukan hal yang sama pada sahabatnya itu.
"Araa..! sarapan!" Teriak Chika dari bawah.
Ara langsung memasukan beberapa kertas warna tadi ke dalam tasnya, ia berfikir untuk mencoba belajar membuat origami dengan satu tangan saat istirahat nanti karena ia tak mau Fiony harus menunggu terlalu lama.
Ara berjalan menuruni tangga dan saat itu ia bisa melihat Chika yang sudah berada di dapur.
Chika sudah terbiasa dengan tongkat nya jadi ia sudah jarang menggunakan kursi roda."Hari ini dan seterusnya kamu di anter supir ya Ra, dan kalau bisa jangan pergi kemana-mana lagi kalau sekolah udah selesai, langsung pulang"
Ara tersenyum, entah kenapa ia senang saat Chika sebawel ini. apalagi melihat ekpresi nya yang terlihat serius tapi tetap terlihat cantik.
"iya sayang" ucap Ara.
"apa Ra?"
"eh.. itu.. maksudnya iya sayang banget waktunya kalau di pake keluyuran abis pulang sekolah"
Ara tersenyum canggung, apalagi saat ini Chika masih menatapnya seolah tak percaya dengan apa yang di katakan oleh adiknya itu.Ara lebih memilih melahap roti panggang nya dan berpura-pura terlihat biasa saja.
"Bocil.. Yuhuuu"
Ara memutar bola matanya, ia sangat paham suara siapa yang berteriak tadi.
Cio datang dengan senyuman lebar nya bersama seorang perempuan berkacamata yang membawa satu paperbag ditangan nya. Dia adalah Beby, psikolog yang sudah beberapa hari ini mulai membantu Chika mengatasi traumanya."ini Chik, aku bawain kue" ucap Beby.
"Waah makasih ya kak" Chika menerima kue itu dengan tersenyum lebar, membuat Ara langsung mendengus kesal, entahlah.. Ara tau Beby sangat berjasa untuk Chika tapi terkadang ia merasa sedikit cemburu.
"buat aku mana?"
Bukanya menjawab, Beby malah mengacak rambut Ara dengan gemas karena saat ini pipi Ara menggembung penuh dengan makanan di mulutnya.
"Yaak!! kak Beby poni aku jadi rusak!"
"Heh, ada yang lebih penting dari poni" ucap Cio sambil melahap begitu saja satu roti panggang milik Ara.
"apa?"
Cio memberikan sebuah kotak cukup besar pada Ara. Ara menaikan satu halisnya menatap Cio yang kini tengah tersenyum.
"bukan yang aneh-aneh kan?"
"buka aja"
Dengan perlahan Ara membukanya, Dan matanya langsung berbinar saat melihat apa isi di dalam kotak itu.
"Tangan baru!!" pekik Ara kegirangan.
Ia terlihat takjub dengan tangan nya yang jauh lebih bagus dibandingkan dengan milik nya yang dulu.
Tanpa basa-basi Ara langsung mencoba untuk memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
FanfictionAra ingin menjadi pelangi dihidup Chika tapi ia lupa memberi warna untuk hidupnya sendiri [Fiksi] 18+ gxg