HARSH WORDS (Bahasa Kasar) || PG 15+
(Bukan novel terjemahan)
Karya asli mochiatmadeva, no copas!
" Cerita macem apa ini? Bukan antagonisnya ya mati ngapa malah figurannya? Udah perannya cuman selewat malah mati lagi. Mending kabur kek terus jadi pe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Gambaran istana Duke aldrich Ben Caldwel - from google)
Terlihat seorang putri sedang tertidur di ranjang yang penuh dengan dekorasi istana. Apakah kalian mengira dia pemalas karena terus tertidur? Wah, berarti anda tipe orang yang berpikir negatif.
Diranjang itu terlihat putri dari Duke aldrich yang tak lain adalah Estrella dengan jiwa Dinda pameswari yang sedang tidak sadarkan diri pasca putusannya yang tidak jadi di eksekusi mati, tetapi diasingkan (dikediaman Duke dan tidak boleh keluar istana). Bukan hanya satu hari dia tidak sadarkan diri tapi tiga hari. Dan selama tiga hari itu, tidak ada satupun keluarga Duke yang mengunjunginya. Entahlah mengapa bersikap seperti itu, tapi mungkin itu tidak seperti yang kita kira.
Di ruangan Duke aldrich
"Tuan...? Tuan...? Duke aldrich Ben caldwel!" Ucap seorang butler atau lebih tepatnya asisten pribadi Duke aldrich yang sudah berusia setengah abad itu memanggil tuannya.
"Bisakah kau tidak berteriak Joe? Aku sedang mengerjakan dokumen sampah ini." Wajah Duke terlihat sangat kusut. Pikirannya terbagi dua, bukan hanya memikirkan dokumen yang tidak ada habisnya seperti jutaan mikroba, tetapi juga untuk putrinya yang belum sadar sampai saat ini.
Dia ingin mengunjungi putrinya, tapi egonya sungguh setinggi gunung Everest. Meskipun sifat putrinya berbeda, itu tidak membuat Duke serta Merta langsung merubah sikapnya pada sang putri. Tetapi perasaanya sungguh mengganjal, tatkala sang putri yang muntah darah banyak sekali. Oh, apakah panggilan sang putri masih berlaku saat dia masih merasa dendam pada estrella?
Duke aldrich memikirkan bagaimana ia akan bersikap pada putri semata wayangnya. Dia berniat memeriksakan putrinya ke dokter kerajaan saat tida hari lamanya putrinya tidak terbangun.
"Sialan, aku benci perasaan macam ini. Elizabeth aku harus bagaimana?" Keluh sang Duke sambil menyebut nama mendiang sang istri.
"Tuan, kalau memang sedang banyak pikiran mungkin berjalan-jalan di taman dapat sedikit meringankan beban anda." Joe merekomendasikan hal itu pada sang Duke.