49. Perpisahan.

12.3K 717 279
                                        

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!

Jangan takut dia pergi, takutlah jika dia bersamamu tapi hatinya untuk orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan takut dia pergi, takutlah jika dia bersamamu tapi hatinya untuk orang lain.

*

*

*

Beberapa minggu sudah berlalu. Hari ini adalah hari pengumuman untuk kelulusan kelas XII.

Semuanya bersorak gembira saat melihat nama mereka tertera dikertas kelulusan yang dipajang dimading sekolah.

Mungkin bagi sebagian orang, hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan sekaligus membanggakan. Tapi, tidak untuk Rio! Karena hari ini adalah awal perpisahannya dengan Ziya.

Rio melangkahkan kakinya menuju kelas Ziya. Didalam kelas Ziya terlihat sepi, hanya ada beberapa siswa yang ada didalam kelas tersebut.

Ia memasuki kelas Ziya begitu saja tanpa izin, dan berhenti melangkahkan kakinya saat sudah sampai tepat didepan meja Ziya.

Ziya mendongakan kepalanya.
"Kenapa kelihatan sedih? Seharusnya kakak senang karena hari ini adalah hari kelulusan kakak."

"Untuk apa gue senang? Jika hari ini adalah awal dari perpisahan kita."

"Ma-maksudnya?"

"Ayah menyuruh gue untuk melanjutkan kuliah diluar negri. Kemungkinan kita akan berpisah dengan waktu yang cukup lama."

Rio menatap Ziya dengan tatapan nanar. Siapapun yang melihatnya akan mengetahui betapa sedihnya Rio saat harus meninggalkan wanita yang sangat ia cintai.

"Mu-mungkin, kita gak akan bertemu lagi." Sambungnya dengan lirih.

Ziya terdiam. Walaupun ia tidak dapat membalas perasaan Rio, tapi ia juga tidak mau kehilangan sosok Rio didalam hidupnya.

"Ha-hari ini, gue ikhlasin lo dengan Al! Gue akan mencoba untuk melupakan lo. Sulit sih, tapi mau gak mau, gue harus berhenti suka sama lo! Semoga Al bisa berubah menjadi hangat seperti dulu lagi."

Rio tersentak saat Ziya secara tiba-tiba memeluknya dengan erat. Tentu saja itu tidak bagus untuk detak jantungnya.

Semoga saja Ziya tidak mendengar detak jantungnya, yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

Rio membalas pelukan Ziya tak kalah erat.
"Apa ini pelukan perpisahan?" Ledek Rio.

Ziya hanya terkekeh kecil kemudian melepaskan pelukannya.

ALDRIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang