50. Pembalasan.

11.5K 724 273
                                        

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!!

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading...

*

*

*

Kedua mata Ziya perlahan terbuka, menatap langit-langit ruangan yang serba putih. Aroma obat-obatan tercium di indera penciumannya.

Seketika Ziya langsung sadar kalau dirinya sedang berada dirumah sakit.

"Kamu sudah bangun, Ziya?" Ia menoleh ke asal suara, dan melihat tante Tiara yang sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan khawatir.

Ziya hanya diam tanpa berniat untuk membalas ucapan Tiara. Ia kembali menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

"Kepala kamu masih terasa sakit?" Ziya menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.

Tiara sedikit meringis melihat tingkah Ziya. Ia pikir setelah bangun dari pingsan, Ziya akan menangis di dalam pelukannya.

Ziya terus menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Hatinya benar-benar hancur saat mengingat kelakuan Al.

Ia sudah letih kalau terus menurus menangis. Ziya bertanya-tanya di dalam benaknya, apa alasan Al memilih meninggalkan dirinya dan berpacaran dengan Clara?

Tiara tersenyum getir melihat tingkah Ziya yang hanya diam dan tidak merespon semua pertanyaannya. Ia mengelus pucuk kepala Ziya dengan lembut.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Tiara dengan khawatir.

Lagi-lagi Ziya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tidak ada yang baik-baik saja setelah dipertemukan dengan perpisahan." Jawab Ziya dengan parau tanpa menoleh ke arah Tiara.

☆☆☆

Pagi ini sekolah sma athala digemparkan dengan berita tentang kejadian kemarin, dimana Al menampar pipi Ziya dengan kencang.

Kejadian tersebut beredar dengan cepat. Ntah siapa yang telah menyebarkan berita tersebut.

Seluruh siswa sedang sibuk membicarakan mereka berdua. Banyak yang merasa kasihan dengan Ziya dan banyak juga yang menyalahkan Ziya tentang kejadian kemarin.

Bahkan guru-guru yang mengajar disana ikut membahas tentang kejadian tersebut. Karena hal itulah membuat Al, Chandra, dan Hafizh dipanggil ke ruangan kepala sekolah.

ALDRIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang