Happy reading...
"Dari mana saja Us tadi? Kok lama?" tanya ibu.
"Tadi main ke rumah teman Bu. Maaf lama," jawab Uswa.
"Kalau lagi di Surabaya jangan ngeluyur terus. Waktunya time mu sama keluargamu Kan kamu di sini cuman 2x setahun, nunggu waktu liburan semester," nasehat ibu.
"Iya Bu, maaf," jawab Uswa.
Makan malam pun dilanjutkan.
***
Uswa langsung membantingkan dirinya di atas tempat tidur. Sambil menatap langit kamarnya, dia memikirkan kejadian hari ini. 'Dengan siapa yang akan dia ajak diskusi sekarang?' pikir Uswa. Tidak mungkin jika dia harus menghubungi Lisa lagi. Apalagi akhir-akhir ini Lisa sibuk dan hampir setiap hari dia menghubunginya dengan membahasa hal yang sebenarnya tidak penting untuk Lisa dibandingkan dengan pekerjaan Lisa yang sedang menumpuk sekarang.
Uswa menghela napas sekali lagi. Entah sudah berapa kali dia menghela napas hari ini. Rasa-rasanya dia mengambil lebih banyak oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida hari ini. Sambil berguling-guling kesana kemari untuk menemukan solusi atas masalah ini. Tetap saja, tidak ada yang berubah. Perihal hati memang tidak bisa diselesaikan dengan akal. Hanya dari hati itu sendiri yang bisa menyelesaikannya. Dan sayangnya, hatinya masih bingung, tidak menemukan jalan, tidak ada penerangan.
Hingga Uswa berakhir dengan ketiduran dalam keadaan tempat tidurnya yang berantakan.
***
"Halo, Nabila, di mana?" tanya Uswa melalui telepon. Iya, Uswa memutuskan untuk menghubungi teman dokternya itu. Meski mungkin dia tidak akan membahas apa yang sedang terjadi padanya, tapi setidaknya dia butuh teman untuk berbincang. Sejenak melupakan masalah yang sedang dia hadapi.
"Di Surabaya Us. Why?"
"Eh sejak kapan di Surabaya?" tanya Uswa.
"3 hari yang lalu. Lagi cuti lumayan panjang, jadi ya ke Surabaya dulu bentar,"
"Nah kebetulan, aku lagi di Surabaya juga nih. Bisa ketemu nusa?" tanya Uswa.
"Tumben banget. Bentar aku cek jadwal dulu,"
"Wihh, sok sibuk atau sibuk beneran nih?"
"Bercanda haha. Jam sore aja ya, pagi mager kalau mau keluar. Biar nanti kita pulangnya jam 5 an. Cukup kan?"
"Cukup. Seperti biasa,"
"Langsung di tempat?"
"Iya langsung aja. Atau kamu enggak ada motor? Biar aku jemput," tawar Uswa.
"Oh, enggak kok, ada. Langsung di tempat aja," tolak Nabila.
"Oke," tutup Uswa.
***
"Ibu, " sapa Uswa.
"Eh Us, kenapa nak? " balas ibu sambil mengeringkan tangannya.
"Enggak cuman nyapa, " jawab Uswa.
"Sini duduk dulu, " ajak ibu.
Uswa menghampiri ibu. Sepertinya mereka akan mengobrol.
"Kamu kuliah kira-kira berapa tahun? " tanya ibu.
"Ntah Bu, rata-rata 4 tahun orang-orang, " jawab Uswa.
"Kamu enggak mau percepat masanya? " tanya ibu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
RomancePerbedaan selalu ada meski dengan manusia sempurna sekalipun. Ya meskipun manusia enggak ada yang sempurna. Lantas apakah memaksakan perbedaan itu benar? Tapi memang perbedaan ada bukan untuk menjadi alasan perpisahan bukan? Tapi bagaimana jika perb...