#38

322 26 8
                                    

"Yang aku ingat cuman kamu itu baik," jawab Dian meminimalisir peluang yang membuat Uswa curiga.

Uswa hanya tersenyum mendengarnya sambil menjawab "Yaudah anggap aja kamu memang lupa. Kita mulai dari mana?" 

"Dari pertama kita ketemu dimana mungkin?" tanya balik Dian.

"Ya di SMP. Kan kita satu SMP," jawab Uswa.

Dian kembali berpikir tentang pertanyaan selanjutnya.

"Maksud aku, kapan kita pertama kali berkenalan?"

"Sekitar kelas 9 bulan Agustus," jawab Uswa. 

"Kau mengingatnya sangat mendetail?" tanya Dian.

"Kenapa enggak? Kamu laki-laki pertama yang menghargaiku di SMP," jelas Uswa.

"Coba ceritakan," pinta Dian.

"Kita pertama kali ketemu waktu Agustus tepat setelah kenaikan kelas 9. Bahkan mungkin itu pertama kalinya aku sadar bahwa kamu ada di bumi ini," jelas Uswa.

"Maksudnya?" tanya Dian heran.

"Kegiatanku disekolah waktu SMP ya cuman masuk sekolah, belajar, istirahat pertama dipakai untuk makan, belajar, istirahat kedua dipakai untuk sholat+tidur, belajar, setelah itu pulang. Sudah itu saja. Oleh karena itu aku jarang mengenal banyak teman-teman SMP selain yang satu kelas, satu ekstrakurikuler, atau yang berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Jangankan satu sekolah, satu angkatan saja hanya beberapa," jelas Uswa.

"Lalu bagaimana kita bisa kenal kalau kamu saja jarang berinteraksi dengan teman-teman satu angkatan? Apa kita satu kelas?" tanya Dian.

"Kan sudah ku bilang kita kenal kelas 9. Lagian juga kelas di SMP tidak pernah diacak. Jadi ya kita enggak pernah sekelas," jawab Uswa.

"Terus kita kenal dari?" tanya Dian.

"Tentu saja dari ekstrakurikuler. Kamu dulu bad boy di sekolah. Meski ya tidak terlalu. Dibawah batas wajar tapi tidak terlalu parah," jawab Uswa.

"Kamu good girl?" tanya Dian.

"Enggak juga. Ya kalau dinilai dari akademik aku enggak unggul. Setidaknya enggak sering dihukum seperti kamu," jawab Uswa.

"Bagaimana kamu tahu aku sering dihukum? Kamu memperhatikanku?" tanya Dian.

Uswa terkejut dengan pertanyaan Dian barusan. Secara tidak langsung dirinya memberitahukan fakta bahwa dulu dia selalu memperhatikan orang didepannya.

"Enggak. Kan aku bilang kamu bad boy. Jadi ya banyak yang mengenalmu karena kamu lumayan famous waktu SMP. Ditambah kamu selalu jadi sasaran empuk guru BK dan guru kesiswaan," jelas Uswa menutupi fakta yang disadari Dian.

Dian hanya mengangguk-ngangguk memahami cerita Uswa.

"Sudah lanjut nanti saja ceritanya. Sekarang kamu istirahat dulu. Aku mau pergi," perintah Uswa.

"Mau kemana?" tanya Dian.

"Tentu saja aku mau pulang ganti baju dan cari makan. Badanku sudah terasa lengket semua," jawab Uswa.

"Nanti aku balik besok," lanjutnya paham bahwa Dian tidak ingin ditinggal.

"Oh oke kalau gitu mah. Hati-hati ya. Ditunggu kedatangannya," ucap Dian.

"Aku balik kamu harus dalam keadaan lebih membaik," balas Uswa.

"Perasaan yang biasanya memberi perintah itu komandan bukan orang biasa," ucap Dian sambil mencari posisi yyang nyaman untuk istirahat.

"Ingat kau sekarang bukan tentara tapi pasien. Pasien dibawah perintah dokter dan tenaga medis lainnya," balas Uswa sambil membereskan barang-barangnya.

Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang