#2

4.5K 180 0
                                    

00.02

Kring.... kring... dering telfon
'Siapa yang telfon malem malem begini'

"Ha.." ucap Uswa. Tapi belum genap dia menyapa, langsung di balas dengan nada tinggi oleh lawan bicaranya di sebrang telpon.
"Uswa segera ke rumah sakit, rumah sakit membutuhkan petugas lebih banyak lagi. CITO!!!"
"15 menit saya akan sampai," balas Uswa
"Kelamaan. Didepan kost mu ada ambulan disupiri sama security. Kamu cepet datang 5 menit harus sampai" langsung menutup telpon

Dengan sigap Uswalangsung memakai hijab instan. Tak lupa juga jas putih dengan sandal seadanya. 

Soal penampilan? Maaf keselamatan pasien lebih perhatikan. Motto Uswa.

Dan ternyata benar didepan ada ambulan. Segera kuUswa naiki daripada membuat ribut warga sekampung karna ada ambulan.

2 menit kemudian
Tak berapa lama Uswapun sampai di rumah sakit. 

'Gila itu ambulan apa mobil sport. Malah mabuk akutu,' pikir Uswa.

 Dan ternyata benar, rumah sakit tengah ramai. Uswa pun segera ke ruangan dan langsung disambut dengan "Uswa kamu bagian menimbang bahan yang telah di haluskan. Lakukan dengan cekatan, banyak resep yang bertuliskan CITO,"

Uswa pun bergerak kesana kemari. Kita semua bekerja hingga lupa rasa ngantuk tergantikan dengan ketrampilan kita yang cekatan.
Hingga fajar pun tiba dan pekerjaan selesai.

"Hai kak," sapa Uswa.

Dia kakakku, atasanku, ibuku, temanku. Namanya Mawar. Usiaku termuda diantara lainnya dan Mawar adalah seniorku. Kami saling bertukar cerita hingga kami dekat seperti sekarang. Di pekerjaan aku menganggapnya atasan. Saat dia perhatian kuanggap dia Ibuku. Saat dia memberiku sandaran kuanggap dia kakakku. Dan jika dia bercerita aku menganggapnya teman.

Begitu kira-kira deskripsi Uswa tentang Mawar.

"Oh hai us. Maaf membangunkanmu tengah malam tadi," balas Mawar.
"Gapapa kak. Udah kuat kok. Tadi ada apa kak kok rumah sakit ramai?" Tanyaku.
"Tadi itu ada konser EXO makanya ramai disini hehe," jawab Mawar.
"Serius aku kak," seru Uswa.
"Mau diseriusin ceritanya haha," balas Mawar.
"Kakak.." paksa Uswa dengan nada yang sedikit tegas.
"Santai dong. Tadi ada kecelakaan beruntun di tol terus kita kekurangan petugas piket malam jadinya ya kita panggil semua petugas tanpa terkecuali. Masih banyak pasien yang butuh penanganan. Belum belum pasien yang kemarin," jelas Mawar.

Adzan berkumandang...
"Kak adzan aku sholat dulu ya," izin Uswa.
"Silahkan," jawab Mawar.

Sepanjang perjalanan ke musholla, yang Uswa melihat hanyalah wajah-wajah yang lelah. Mereka hanya mengukir senyum saat berhadapan dengan keluarga yang jatuh sakit atau bagi mereka yang sudah sembuh. 

Pernah suatu ketika Uswa kelelahan dan Kak Mawar memberiku sebuah quotes.

'Dek sebenarnya rumah sakit ini sepi. Gak ada orang yang mau ke rumah sakit ini. Membeli obat dengan harga yang mahal. Menginap di rumah sakit. Suntik. Periksa. Gak ada yang mau dek. Semuanya mahal. Namun takdir yang membuat mereka harus ke rumah sakit atau mereka tidak selamat. Berjuanglah, agar kau bisa mengukir senyum di wajah mereka'

Meski terkadang bahwa ingin rasanya berhenti sejenak dari rutinitas untuk menyembuhkan orang lain sedangan diri sendiri sangat pandai merawat luka. Tapi sadar bahwa mengobati orang-orang adalah bentuk secara tidak langsung juga mengobati diri sendiri. Meski mengobati tidak dapat mencegah dari bentuk kematian itu sendir, tapi setidaknya berusaha ntuk bertahan dan berjuang sampai akhir.

Bukankah tidak ada yang indah tentang perpisahan? Serta tidak ada yang senang tentang sakit. Banyak harapan orang-orang untuk sembuh dan beraktifitas seperti dulu kala.

Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang