Mendengarkan cerita Iqbal yang sebenarnya sudah melupakan dirinya cukup miris tapi tidak ada yang salah dari dirinya. Memang benarkan, sebuah pilihan untuk tetap mengingat dan mengenang masa lalu atau memilih meninggalkan dan melupakan.
Dalam hal ini, tentu keduanya memilih pilihan yang berbeda. Iqbal dengan pilihan memilih untuk meninggalkan dan melupakan dan Uswa yang memilih untuk tetap bertahan dengan masa lalunya yang dia kira kebahagiaannya tapi nyatanya kebahagiaan itu hanyalah semu.
"Kamu lihat kan kalau aku sudah mulai memiliki hubungan dengan wanita lain? Masa enggak," tanya Iqbal.
"Em, liat kok. Terus?" tanya Uswa untuk mengetahui cerita dari Iqbal selanjutnya.
"Ya udah, gitu. Harusnya saat kamu liat aku, kamu sudah mulai move on dari aku, Us. Bukankah itu sangat menyiksa, lihat orang yang kamu suka sama yang lain?" tanya balik Iqbal.
"Menyiksa. Sampai-sampai berpikir kalau saja cewekmu yang satu itu nyaktin kamu, akan aku hajar dia dan bakal aku buat kamu menoleh melihatku supaya kamu tau kalau aku masih di tempat yang sama," jawab Uswa.
"Hahaha, nyatanya kamu tetap milih buat bertahan ya. Sayangnya aku enggak melihat kamu dan emang takdir enggak merestui kita buat bersama," jelas Iqbal.
Mereka sama-sama saling menatap dan tersenyum. Ada kelegaan diantara masing-masing dalam diri mereka. Seperti telah menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini mengikuti mereka. Atau kenyataan bahwa selama ini ada orang yang dengan begitu tega mematikan perasaannya supaya baik-baik saja ketika melihat dirinya dengan yang lain.
"Lalu Bal, bagaimana kita bisa sampai di sini?" tanya Uswa dengan hai-hati.
"Kita? Hahaha, jelas aku duluan yang sampai di sini. Bukan kita bersama-sama sampai di sini," jelas Iqbal.
Tentu saja Uswa terkejut dengan pernyataan yang Iqbal ucapkan. Sedangkan Iqbal tertawa renyah melihat kebingungan Uswa. 'Duh gemas sekali seperti dulu,'
"Hah? Lalu siapa yang aku temui waktu itu? Enggak-enggak, bentar. Aku enggak halu kan ketika aku ketemu kamu? Maksud aku, bukan cuman aku saja kan yang bisa ngelihat kamu waktu itu. Orang lain juga bisa melihat kamu kan?" tanya Uswa bertubi-tubi kebingungan.
Jelas dia bingung kalau Iqbal sudah sampai di sini duluan, lalu siapa yang dia temui di dunia itu. 'Apa jangan-jangan dia terlihat seperti berbicara dengan udara? Terlihat seperti orang gila?' pikir Uswa.
Tidak tahan dengan tingkah gemasnya, Iqbal mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Uswa dengan lembut sambil berucap, "Tenanglah, aku akan jelaskan satu-satu dan aku pastikan kamu enggak terlihat gila ketika berbicara dengan dia." Sambil menampilkan sederet giginya yang membuat matanya menyipit.
Uswa membeku. Meski sebelumnya mereka sudah saling bercerita tentang apa yang sudah terjadi dalam perasaan mereka dan membuat Uswa sudah mulai bisa biasa saja dengan Iqbal, namun tetap saja sikapnya membuat Uswa membeku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
RomancePerbedaan selalu ada meski dengan manusia sempurna sekalipun. Ya meskipun manusia enggak ada yang sempurna. Lantas apakah memaksakan perbedaan itu benar? Tapi memang perbedaan ada bukan untuk menjadi alasan perpisahan bukan? Tapi bagaimana jika perb...