#31

593 45 5
                                    

Dian langsung menerobos keamanan. Setelah menerobos, Dian melihat kereta Surabaya-Yogyakarta akan berangkat. Dian segera melihat-lihat penumpang dari jendela. Dengan keahliannya yang bisa mengamati dengan cepat, Dian bisa melimit waktu. Karena memang jeda pemberhentian hanya 5 menit. Saat sedang mencari-cari dengan cepat, Dian melihat Uswa sedang membaca bukunya. Namun sayang, kereta perlahan berangkat. Dian segera berlari sambil memukul-mukul dinding kereta. Berharap bahwa Uswa dapat mendengar dan melihat dia yang sedang mengejarnya. Sekali tuhan. Kumohon hanya sekali saja -Dian.

Terlambat. Kereta semakin lama mempercepat kecepatannya dan Dian sampai di ujung stasiun. Dian kehilangan kesempatannya untuk memperbaiki hubungannya. Dengan nafas yang tidak teratur, Dian menatap jauh kereta yang membawa Uswa ke jogja. 

Tuhan, jika hanya sekejap lantas kenapa kau pertemukan? Dipertemukan yang hanya sementara dan tak tahu kapan akan dipertemukan kembali. Selain waktu yang tak pasti dan jarak yang terbentang. Apa benar akan dipertemukan dengar perpisahan yang tidak baik. Memang tidak ada yang baik-baik saja tentang perpisahan. Apa tidak ada pertemuan yang akan membuat semua baik-baik saja?


***


Sudah satu jam Dian diam di stasiun. Dia masih berharap bahwa keretanya akan mundur. Entah karena memang salah jadwal, atau ada salah satu penumpangnya ketinggalan hingga mundur dan menjemput penumpang yang ketinggalan. Lantas Dian segera menarik Uswa keluar dari gerbang dan tidak memperbolehkan dia pergi sebelum semua baik. Atau ada barang penumpang yang ketinggalan hingga keretanya mundur. Mustahil memang tapi Dian berharap itu terjadi. Memang manusia selalu keras kepala tentang harapan meski nantinya sekeras itu dia akan terluka. 

Dian masih membayangkan bagaimana pertemuannya. Bagaimana takdir perlahan sering mempertemukan. Bagaimana kebetulan yang menjadi takdir yang menyenangkan. Hingga bagaimana takdir yang memiskahkan tanpa ada kata pamit atau janji untuk kembali. Bukankah semua yang pergi akan pulang? Bukan itu yang dikhawatirkan Dian. Yang Dian takuti adalah dirinya tak pernah menjadi tempat rumah atau Uswa tak ada niatan untuk pulang. Terlebihnya selama ini memang tak ada apa-apa. 

Dian hanya tersenyum. Pemikirannya yang sangat jauh hingga dia tak sadar bahwa keenyataannya tak sedekat itu. Uswa hanya teman yang tak sengaja bertemu lantas dipertemukan akhirnya dipisahkan. denga tidak sengaja juga menjadi salah satu 'teman masalalunya'.

'Teman masalalu'? 

Dian tersadar. Percuma menunggunya di stasiun dengan angan-angan yang gak masuk nalar. Kereta mundur? Ck sepenting apa pertemuannya hingga membuat orang-orang mengalah dan membuat kereta itu mundur. Dian segera bergegas pergi untuk menemui Uswa. 


***


'Sudah ada orang?' Pikir Dian

Dian masuk dan melihat keluarganya sudah ada di rumah.

"Eh Dian sudah pulang. Dari mana saja? Pagi-pagi pas Ibu sudah sampai di rumah kamu gaada." Tanya Ibunya Dian. Tasya.

"Ya biarin dong kelayapan. Menikmati liburan." Jawab Ayahnya Dian. Tian.

"Habis keluar Bu." Jawab Dian.

"Yasudah gih makan dulu. Ada makanan kesukaanmu yang sudah Ibu buat." Perintah Tasya.

"Baik bu. Terimakasih." Jawab 


Dian langsung makan karena memang dari pagi belum makan. Cinta boleh sakit jangan. Cukup hati yang berdarah lambung jangan kelaparan. Sambil makan Dian memikirkan bagaimana dia akan bertanya dengan Ibunya. Karena terlalu keponya akan membuat Ibunya merasa sedih. 

Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang