Happy reading...
"Kenapa Iqbal?" tanya Lisa sambil mengaduk-ngaduk es tehnya lalu meminumnya.
"Aku ketemu lagi sama Iqbal," jawab Uswa.
Lisa terkejut mendengarnya, "Hah kapan?"
"Kita pernah ketemu waktu di Surabaya. Kamu inget enggak? Yang aku bilang namanya Dian. Ternyata dia Iqbal, cowok yang dulu deket juga sama aku waktu kelas 9 SMP," jelas Uswa.
"Inget-inget. Terus-terus?" tanya Lisa.
"Awalnya aku enggak yakin kalau itu Iqbal karena waktu perkenalan dia ngenalin dirinya atas nama Dian. Terus aku baru sadar kalau nama 'Dian' diambil dari nama tengahnya yaitu Iqbal Dian Ramadhan," jelas Uswa.
"Terus,"
"Terus beberapa bulan kemarin Iqbal kecelakaan. Kebetulan dirawat di rumah sakit tempat aku kerja," lanjut Uswa.
"Innalillahi. Terus sekarang gimana?" tanya Lisa.
"Itu juga yang aku tanyakan selama ini 'Iqbal kemana?'. Setelah sehari semalam dirawat di rumah sakit, Iqbal di pindahkan di rumah sakit lain. Dan sialnya aku enggak tahu dia dipindahkan dimana," jawab Uswa.
"Lalu?" tanya Lisa.
"Yang aneh dari sini adalah dia tidak mengingatku sama sekali. Bahkan hal terkecil dariku," jawab Uswa.
"Bukankah wajar karena kalian tidak bertemu selama 6 tahun bahkan lebih?" tebak Lisa.
"Itu memang benar. Tapi suatu hal yang mustahil kalau dia tidak mengenaliku sama sekali," elak Uswa.
"Kenapa mustahil kalau kamu memang tidak penting untuk diingat?" tanya Lisa sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Bahkan, seseorang seistimewa apapun itu dalam kehidupan orang lain juga akan perlahan terkikis memori tentang dia karena masa. Manusia memiliki memori yang terbatas. Mereka perlu membuang beberapa ingatan mereka untuk menerima ingatan yang baru lagi tentang orang yang baru," lanjut Lisa.
"Tapi aku mengingatnya," balas Uswa.
"Itu kamu. Tapi dia?" tanya Lisa.
"Kamu bahkan tidak tahu sudah berapa banyak orang baru yang datang, singgah, lalu meninggalkan dan membuat kenangan dengan Iqbal. Enggak semua orang sama seperti kamu yang tetap stay dengan satu orang yang sama selama 6 tahun. Beberapa dari mereka bahkan tidak perlu menunggu berbulan-bulan untuk bisa menerima orang lain. Waktu setiap orang untuk berdamai dengan keadaan itu berbeda-beda," jelas Lisa menusuk tajam.
Uswa hanya diam mendengarkannya.
"Apa aku tidak sebegitu penting untuknya Lis?" tanya Uswa yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Apa kau sudah memastikan bahwa asumsimu benar? Ku rasa dari tadi yang kita bahas sampai menuju ke hal-hal yang bisa membuat overthinking adalah pikiran dan asumsimu sendiri. Pertanyaan dan jawaban yang kamu buat sendiri,"
"Kalau ada pertanyaan yang mengganggu di pikiranmu itu tanyakan. Bukan malah membuat asumsi sendiri lantas ovethinking lalu menganggap bahwa kamu terlalu menyedihkan untuk berharga atau dia jahat karena sudah tidak menghargaimu,"
Uswa hanya diam mendengarkan petuah dari temannya ini. Jika datang bijaknya memang begini.
Lisa hanya menghela nafas melihat keadan seperti ini. Jelas Lisa sudah lama tidak melihat Uswa bersedih seperti ini. Siapa lagi kalau bukan penyebabnya adalah laki-laki sialan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
Roman d'amourPerbedaan selalu ada meski dengan manusia sempurna sekalipun. Ya meskipun manusia enggak ada yang sempurna. Lantas apakah memaksakan perbedaan itu benar? Tapi memang perbedaan ada bukan untuk menjadi alasan perpisahan bukan? Tapi bagaimana jika perb...