#56

247 14 6
                                    

Semesta memang selalu menyiapkan kejutan yang tidak terduga. Entah kejutan yang membuat bahagia atau justru mendatangkan kecewa. Tapi, justru yang terjadi diantara mereka berdua cukup membingungkan. Di sisi lain itu sangat membahagiakan bahwa kenyataannya mereka adalah sepasang anak kembar. Tapi di sisi lainnya mereka kecewa bahwa salah satu dari orang tua mereka telah memisahkan mereka berdua. Fakta tersebut dapat disimpulkan setelah Dimas menceritakan semuanya.

"Bagus banget tempatnya," ucap Dimas setelah duduk dan menikmati pemandangan di depannya.

Terlihat jauh di bawah sana bagaimana padatnya tempat tinggal penduduk.

"Ini tempat aku menenangkan diri kalau ada apa-apa. Cuman kamu yang tahu," jelas Iqbal.

"Kenapa memberitahukannya kepada saya?" tanya Dimas.

"Mungkin itu perlu? Atau hanya sekedar tahu. Bisa saja kamu jadikan tempat ini sebagai tempat pelarian," jawab Iqbak.

"Ohh, begitu," balas Dimas.


Cukup lama mereka berdiam diri. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Meski sekitar sepi, tapi pikiran mereka ramai. Tak kalah ramai dengan keadaan kota di bawah sana. Dimas bingung apakah ini saat yang tepat untuk memberitahukan kejanggalannya atau menunggu waktu lain. Tapi sampai kapan? Mungkin saja kan Iqbal dapat membantu menyimpulkannya juga. Pilihan yang rumit tapi cepat atau lambat semua juga akan terbongkar.

"Bal, saya mau mendiskusikan sesuatu," ucap Dimas membuka topik.

Sejenak tidak ada respon dari Iqbal. Akhirnya Dimas menoleh untuk melihat lawan bicaranya. 

Iqbal sedang menutup matanya dan terlihat seperti menenangkan diri. Dimas berpikiri apakah memang benar bahwa yang di sebrangnya ini memang saudara kembarnya. Jika dilihat dari fisik memang terlihat sepeti pantulan cermin tapi apa iya orang tuanya setega itu untuk memisahkan mereka berdua?

"Kalau belum siap untuk dibahas sekarang, kamu bisa membahasnya nanti-nanti saja," ucap Iqbal dalam keadaan masih menutup matanya.

Dimas hanya bisa diam. 'Apakah ini juga bisa menjadi salah satu bukti bahwa kita saudara kembar?' pikirnya.

"Tapi siap atau pun tidak siap, waktu itu akan datang. Entah karena kamu yang memnentukan waktunya atau smesta yang akan menunjukkan dengan sendirinya," lanjutnya.

"Sekarang saja. Saya rasa kita kembar," ucap Dimas to the point.

Iqbal membuka matanya. Dia menghembuskan napasnya. Jujur sebenarnya dia juga tidak siap dengan fakta yang akan terbuka. Dia tidak siap jika tiba-tiba ada yang berubah dalam hidupnya. Terlebih, dia tidak siap jika orang yang dia sayang mengecewakan dirinya, orang tuanya.

"Saya tadi sudah mendiskusikannya dengan orang tua saya," ucap Dimas.

Iqbal belum siap jika respon atau ucapan yang diberikan oleh orang tuanya itu bohong.

"Saya rasa, salah satu dari orang tua melakukan sesuatu terhadap kita," lanjut Dimas.

Iqbal belum siap jika orang yang dia sayang membohonginya.

"Saya rasa, kita dipisahkan sedari bayi," 

Iqbal benar-benar belum siap jika pada akhirnya dia akan membenci orang yang sangat dia sayang.

"Seseorang telah memisahkan kita dan membuat kita menjadi saudara yang asing,"

Iqbal belum siap jika ternyata dirinya adalah orang asing dalam keluarganya.

Dalam DiamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang