"Hai bro, ups kamu membawa cewek. Tapi tunggu, bukankah ini cewek yang sama ketika SMP kamu dekati dulu?"
Author pov
"Iya Keng. Bukankah itu cewek yang sama seperti SMP dulu?"
Uswa terkejut. Dia langsung menegakkan badannya bersiap dengan apapun yang akan terjadi. Sedangkan Dian yang tak mengerti tentang apapun hanya diam. Berusaha dengan cepat memahami keadaan.
Uswa menolehkan kepalanya, memastikan apakah benar bahwa pikirannya ada yang salah. dan ternyata tidak. Tidak ada yang salah dengan semuanya, termasuk tentang pikirannya. Uswa benar, bahwa yang bicara adalah teman-temannya Iqbal.
Dengan segala keyakinan yang tersisa, Uswa menatap Dian. Harapan satu-satunya bahwa pemikirannya salah. Dian hanya diam, karena memang dia tidak tahu apa-apa. Dian menatap teman-temanya. Berusaha lebih cepat membaca keadaan. Tapi tetap saja tak ada yang bisa menjelaskan.
Dengan segala kekuatan yang tersisa, Uswa segera beranjak. Pergi meninggalkan semuanya. Dian ingin mengejarnya, tapi ada yang perlu dia pastikan sebelum dia mendapatkannya lagi.
Uswa pov.
"Hai bro, ups kamu membawa cewek. Tapi tunggu, bukankah ini cewek yang sama ketika SMP kamu dekati dulu?"
"Iya Keng. Bukankah itu cewek yang sama seperti SMP dulu?"
Keng? Smp dulu? Maksudnya?
Aku hanya terdiam dan berusaha dengan cepat menangkap bagaimana dulu saat aku SMP. Aku menoleh menghadap siapa yang berbicara tadi. Untuk memastikan bahwa pemahaman yang aku tangkap adalah salah. Namun ternyata tak ada yang salah. Dugaanku benar, mereka adalah teman-temannya Iqbal.
Dengan segala keyakinanku yang tersisa, berharap bahwa apa yang aku pikirkan adalah salah. Aku menatap lagi kepada Dian. Bahwa ini sama sekali tidak benar. Tapi sepertinya tidak berguna, karna orang yang sedang aku tatap juga tak merespon apapun. Seakan Dian tak mengerti apapun yang sedang terjadi.
Aku pun terdiam. berusaha mengumpulkan tenaga untuk pergi dari sini. Setelah kurasa cukup, aku segera beranjak dan pergi meninggalkan mereka semua. Entah apa yang dibicarakan oleh teman-temannya Iqbal setelah mereka mengucapkan bahwa aku cewek SMP-nya Dian.
Bukankah mereka teman-temannya Iqbal. Lantas kenapa mereka bilang bahwa aku temannya Dian? Meski wajah mereka sama, tetap saja sifat mereka jauh berbeda.
Dian pov'
"Hai bro, ups kamu membawa cewek. Tapi tunggu, bukankah ini cewek yang sama ketika SMP kamu dekati dulu?"
"Iya Keng. Bukankah itu cewek yang sama seperti SMP dulu?"
Cewek yang aku dekati SMP? Kurasa aku menemukan Uswa barusan kenapa mereka mengenalnya?
Kulihat Uswa tiba-tiba terdiam. Seperti ketakutan? Tapi kurasa dia bingung. Dia perlahan melihat teman-temanku. Dan pelan-pelan juga menatapku. Seperti berharap hal tidak terjadi? Entah aku pun gak paham. Kulihat teman-temanku yang malah bercanda tentang aku dan Uswa yang sama sekali aku tak paham bagian mana lucunya. Aku menatap Uswa kembali. Dia menghembuskan nafasnya perlahan dan segera pergi meninggalkan aku.
Aku ingin sebenarnya untuk mengejarnya. Namun aku merasa bahwa sepertinya ada yang sedang tidak baik-baik saja. Ada yang perlu aku pastikan sebelum aku mengejarnya. Atau bahkan saat aku sudah memastikannya, mungkin tak dapat mengejarnya kembali.
"Oi diam mulu dari tadi. Kenapa dah?" Tanya Ryan.
"Kalian kenal dengan cewek tadi?" Tanyaku.
"Kamu melupakannya? Beneran? Bukankah kalian dulu dekat?" Tanya Gilang.
"Apakah kalian lupa? Dulu kan hanya si cewek itu yang menganggapnya dekat, Liukeng enggak. Jadi jelas jika dia melupakan bagaimana kisah kalian berdua sangat di sukai oleh si cewek tadi." Jelas Ryan.
"Bagaimana dulu aku dekat?" Tanyaku.
"Kalian kenal saat kamu masuk ekskul panjat tebing. Dia anak kelas C dulu. Ntah, ku kira memang pertama kali kalian kenal adalah di pengujung masa-masa SMP" Jelas Ryan.
"Aku ikut panjat tebing?" Tanyaku pada diri sendiri.
"Apa kau kecelakaan? Hingga otakmu menghilangkan beberapa ingatanmu." Canda Azar.
Aku hanya diam. Karna memang mereka tidak perlu tahu.
"Oh ayolah Keng. Jangan bilang bahwa kamu memikirkan dia saat ini. Bukankah dulu kamu yang meninggalkan dia? Jangan sesali hal yang sudah dan jangan dekati lagi. Dia anak baik-baik." Jelas Ryan.
Meninggalkan? Aku? Apakah sejahat itu aku?
Jika memang sebegitu jahatnya berarti memang benar.
Bahwa istilah meninggalkan karena terlalu baik itu benar.
Karena terluka dan meminta maaf karena kesalahan yang sama itu sakit.
-Dian
Yey akhirnya updet. Terimakasih yang sudah menunggu. Maaf jarang publis karna kemarin sebelum liburan UAS. Setelah UAS mager mau mikir. Akhirnya niatnya ngetik dan sering publis pas liburan. Eh liburan mood nya buruk. Jadi baru publis sekarang.
Terimakasih untuk 18K nya. Terimakasih untuk vote nya. terimakasih sudah menunggu. Ikutin terus ceritanya ya, karna akan ada rahasia yang akan di publis perlahan-lahan.
Jangan lupa vote dan share ke teman-teman kalian. Satu vote dari kalian penyemangat untukku. Terimakasih sekali lagi.
Love you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku
RomancePerbedaan selalu ada meski dengan manusia sempurna sekalipun. Ya meskipun manusia enggak ada yang sempurna. Lantas apakah memaksakan perbedaan itu benar? Tapi memang perbedaan ada bukan untuk menjadi alasan perpisahan bukan? Tapi bagaimana jika perb...